Lihat ke Halaman Asli

Obor Rakyat, Hoax yang Jadi Kenyataan atau Kenyataan yang Dianggap Hoax?

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image source : indopos.co.id

[caption id="" align="aligncenter" width="191" caption="image source : indopos.co.id"][/caption]

Seperti yang sudah kita ketahui, gelaran pemilihan presiden pada tahun 2014 kemarin bisa dibilang adalah gelaran PILPRES yang paling “heboh” sepanjang sejarah Indonesia. Berbagai elemen masyarakat turut bagian dalam usahanya mendukung calon presiden masing-masing. PILPRES tahun 2014 juga menjadikan orang-orang awam lebih paham tentang  politik.

Ada dua calon presiden saat itu, Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Kedua calon presiden mempunyai para pendukung fanatiknya masing-masing. Keadaan ini juga yang hampir memecah belah bangsa Indonesia karena begitu fanatiknya mereka membela calon presidennya masing-masing.

Yang menarik dari gelaran PILPRES kemarin, berbagai isu saling menyerang kedua calon presiden. Dari mulai hal yang masih “abu-abu” sampai hal yang benar-benar fitnah. Jika Prabowo diserang dengan isu kemanusian pada tahun 1998, Jokowi diserang dengan isu agama dan kepentingan politik neo liberal.

Yang menarik lagi adalah terbitnya sebuah media cetak bernama “Obor Rakyat” yang sangat jelas dan kasar menyerang calon presiden Jokowi. Berbagai berita yang dimuat pada Obor rakyat itu bernada rasis dan fitnah ditujukan pada Jokowi. Dari salah satu berita yang dimuat di media itu, Jokowi disebutkan sebagai seorang presiden boneka yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan politik sekelompok orang.

Dalam waktu singkat, Obor Rakyat akhirnya mendapat kecaman dari berbagai kelompok terlebih lagi dari para pendukung fanatik Jokowi. Obor Rakyat dianggap menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan Jokowi sebagai calon presiden. Obor Rakyat tak lebih dari sebuah media cetak abal-abal menyebarkan berita hoax tanpa data dan fakta yang tujuannya tak lain adalah menghilangkan simpati masyarakak Indoneisa pada sosok Jokowi yang kala itu disebut sebagai calon pemimpin sederhana, jujur, merakyat  yang selalu menomor satukan kepentingan rakyat.

Walaupun berbagai isu terus ditujukan pada Jokowi, Tuhan ternyata tetap mentakdirkan Jokowi sebagai presiden ke 7 republik Indonesia. Dengan kemenangan Jokowi, sebuah harapan baru muncul, euphoria kemenangan Jokowi terjadi dimana-mana. Tak hanya dari dalam negeri, berbagai media cetak luar negeri pun menyoroti kemenangan Jokowi sebagai seorang presiden baru. Bahkan majalah Times menuliskan Jokowi sebagai “The New Hope”.

Namun belum 100 hari Jokowi menjalankan roda pemerintahan, Jokowi sudah dikritik banyak orang dengan kebijakan-kebijakannya yang tidak berpihak pada rakyat. Dimulai dari menaikan BBM ketika harga minyak dunia turun, bahkan ketika kembali menurunkan harga BBM pun Jokowi disebut labil karena menaikan dan menurunkan BBM seenaknya tanpa memikirkan efek domino yang terjadi pada rakyat.

Dan yang terbaru, adalah ketika Jokowi “ngotot” mencalonkan Budi Gunawan yang mempunyai catatan merah dari KPK sebagai calon tunggal kapolri.  Dan kengototan Jokowi itulah yang menjadikan konflik POLRI dan KPK terus meruncing sampai sekarang. Beberapa pimpinan KPK dilaporkan ke mabes polri dengan berbagai kasus. Jokowi dituntut untuk menunjukan ketegasannya pada konflik ini. Namun apa daya, banyak pengamat yang menyatakan bahwa Jokowi lebih tunduk pada arahan Megawati dan Surya Paloh. Pemilihan Budi Gunawan sebagai calon kapolri tidak lepas dari campur tangan Megawati. Pemilihan Jaksa Agung beberapa waktu yang lalu pun disebut-sebut tidak lepas dari campur tangan Surya Paloh karena Jaksa Agung terpilih merupakan mantan kader NASDEM.

Melihat keadaan seperti ini, tidak salah rasanya jika orang-orang mulai menganggap Jokowi sebgai presiden boneka yang hanya tunduk pada kemauan ketua partai dan partai pengusungnya.

Kembali pada berita-berita hoax yang dimuat pada Obor Rakyat, secara jujur ini  sebuah menjadi tanda tanya besar pada diri saya pribadi, apakah berita-berita hoax yang dimuat pada media cetak “fitnah” itu adalah memang berita hoax yang kini satu-persatu malah menjadi kenyataan? ataukah memang berita yang dimuat di media itu adalah fakta-fakta kenyataan yang terlebih oleh para pendukung Jokowi dianggap berita keji penuh fitnah?

Kalau kata seorang pujangga, hanya waktu yang bisa menjawab.. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline