Lihat ke Halaman Asli

Berguru pada Aceng

Diperbarui: 21 September 2017   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tulisan singkat dan sederhana berikut ini terinspirasi dari salah satu video yang saya tonton di youtube pada Sabtu, 12 Agustus 2017. Sayang rasanya, bila saya hanya menikmatinya seorang diri. Untuk itu perlu juga saya sampaikan kepada Anda sekalian, walaupun mungkin ada di antara Anda yang sudah mengetahui ceritanya. Dan, sebenarnya, video ini sudah lama diunggah, yaitu sejak 2011. Namun, saya baru menontonnya kini.

***

Aceng, itulah ia biasa dipanggil dan dikenal oleh orang-orang di sekitarnya. Seorang lelaki yang sejak lahir tidak memiliki sepasang tangan. Bahkan, menurut penuturannya dalam video tersebut, ia juga sempat "tidak diakui" oleh orangtuanya sendiri sebagai anak kandung. Saking "bencinya" orangtua kepada dirinya, hingga ia pun hendak dibunuh oleh keduanya (baca: orangtuanya), begitulah ungkapnya dalam vedio tersebut. Jujur, saya sendiri terharu dan sedih ketika mendengar ceritanya tersebut.

Tak hanya itu, mulai beranjak anak-anak, remaja hingga dewasa, ia pun dianggap remeh oleh teman-teman dan/atau orang-orang di sekitarnya. Bahkan, tidak sedikit teman-teman yang mencemoohkannya. Namun, ia tak pernah patah semangat, minder, atau pun rendah diri. Suatu saat, ia akan membuktikan kepada orang lain, bahwa dirinya tak kalah hebat dengan orang-orang normal seperti biasanya. Ya, ia menganggap, bahwa justru ejekan dan pandangan meremehkan dari orang-orang normal membuatnya menjadi lebih bersemangat untuk membuktikan kemampuan dan prestasinya. Begitu tuturnya.

Dan, terbukti bahwa apa yang menjadi tekadnya, ia pun bisa berkarya, hingga orang-orang di sekitarnya kembali mengaguminya. Salah satu keahliannya adalah mampu bermain gitar dengan hanya menggunakan kedua kakinya. Akibat keahliannya tersebut, ia pun mendapatkan penghargaan atau Rekor MURI, dan juga sebagai seorang Gitaris Tanpa Tangan yang meraih The Best Bass Player.

Yang membuat saya terkagum-kagum dengan pria asli Wonosobo, Jawa Tengah tersebut, ternyata ia belajar bermain gitar dengan jangka waktu yang cukup lama. Ya, kurang lebih enam tahun ia belajar bermain gitar secara autodidak. Waktu yang tidak sebentar, menurut saya. Ia tetap bersemangat dan menikmati proses belajar bermain gitar tersebut. Salah satu motivasinya, adalah ia ingin menunjukkan kepada orang-orang, bahwa orang yang tidak normal secara fisik pun (difabel) seperti dirinya bisa juga melakukan itu. Spirit dan motivasi itulah yang mengantarkannya hingga menjadi salah satu inspirator bagi orang-orang di sekitarnya.

Saya sendiri tak bisa membayangkan, selama kurang lebih enam tahun, ia belajar bermain gitar, tanpa ada rasa bosan sama sekali. Juga, hanya menggunakan kaki. Namun, Tuhan tak pernah tidur. Tuhan pasti akan memberikan sesuatu, bila hamba-Nya mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Buktinya, pria yang bernama lengkap Albertha Aceng Dani Setyawan tersebut bisa melakukannya.

Sebuah kisah dan pelajaran hidup yang luar biasa, menurut saya. Kita tak boleh menganggap remeh orang lain. Setiap orang pasti mempunyai kelebihan masing-masing. Demikian juga kekurangan, pasti juga dimiliki oleh tiap individu. Di sinilah letak keadilan Tuhan.

Saling mengisi dan membantu bila ada orang lain yang memiliki kekurangan di satu sisi, ini jauh lebih baik dan harus kita lakukan. Sebab, kita juga pasti punya kekurangan dan membutuhkan bantuan dari orang lain juga.

Kita bisa belajar dari kisah dan pengalaman Aceng di atas. Apalagi sebagai orang yang normal, sudah pasti harus bisa memaksimalkan potensi yang ada. Jangan pernah menyerah dan putus asa. Raihlah apa yang kita inginkan dengan berusaha sungguh-sungguh dan memaksimalkan kemampuan yang ada, sembari berdoa kepada Tuhan agar diberi keberkahan atas apa yang kita kerjakan.

Malulah kita sebagai orang yang memiliki fisik normal, namun hanya bisanya duduk berpangku tangan, bermalas-malasan, tanpa mau berusaha dan bekerja untuk keberlangsungan hidup ini. Bila perlu jadilah inspirasi dan teladan bagi orang-orang di sekitar kita, seperti kisah sang gitaris tanpa tangan di atas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline