Memang, lidah tak bertulang. Namun, daging yang tak bertulang ini dapat mengiris seseorang bila tak bisa dikendalikan oleh pemiliknya. Ya, lidahlah yang banyak membuat orang memfitnah satu sama lain, dapat menimbulkan konflik atau permusuhan satu sama lain. Singkatnya, lidah ini bisa mengakibatkan keburukan atau kejahatan yang terjadi.
Jika ucapan yang keluar tak bisa dikontrol (ucapan yang jelek), maka bisa berakibat fatal, terkhusus untuk dirinya. Sebab, ucapan yang keluar dari mulut seseorang tidak bisa ditarik kembali.
Bersyukur saja jikalau ucapan tersebut adalah yang baik-baik. Sehingga, enak didengar. Orang lain yang mendengarnya pun akan terasa nyaman.
Saya jadi teringat dengan ungkapan Imam Syafi'i: "Lidahmu jangan kau biarkan menyebut kekurangan orang lain. Sebab, kau punya kekurangan dan orang lain pun punya lidah."
Perkataan Imam Syafi'i tersebut di atas, mengingatkan kepada kita, bahwa lidah ini harus dijaga agar tidak mengucapkan hal-hal yang jelek (baca: kekurangan) orang lain. Sebab, kita juga mempunyai kekurangan yang sama. Tugas kita adalah selalu memperbaiki dan bermawas diri. Itu jauh lebih baik daripada sibuk membicarakan kejelekan (baca: kekurangan) orang lain. Sebab, tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semuanya pasti punya kekurangan.
Alangkah bagus lagi, bila kita bisa menggali dan mengingat semua kekurangan (kejelekan, kesalahan) diri kita sendiri. Sehingga, kita juga disibukkan untuk selalu memperbaiki diri dan terus memperbaiki diri tiap harinya.
Wallahu a'lam.
Oleh: Gunawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H