[caption caption="M-Class Punya Maersk Line Panjang 400M, Lebar 60 M, dalam 15 M"][/caption] Tiba-tiba mata terbuka dari istirahat yang sekenanya, dari selepas maghrib menjelang isya saya sudah masuk ke kamar untuk tidur seketika tangan meraba-raba kasur mencari telepon genggam untuk melihat waktu, jam baru menunjukan jam 22.30, masih ada waktu saya pikir untuk memejamkan mata minimal sampai alarm berbunyi, tapi tetap saja mata tidak mau lagi diajak bertemu Raisa atau minimal via vallent hehehe.
Mungkin karena siang tadi kiriman tiket dan bookingan hotel transit untuk kepulangan sudah diterima jadi sudah kepikiran terus yang namanya anak-anak plus bonus emaknya dirumah, tapi yang hal yang menambah beban pikiran adalah tanggung jawab untuk masih mendampingi Nakhoda dan 2 orang crew yang baru datang senin kemarin agar cepat beradaptasi dengan suasana dan kondisi kerja dari Pelabuhan Tanjung Pelepas (PTP). Ada enak ada ngganya dapat giliran pulang kloter kedua, enaknya kloter pertama pulang bisa cepet langsung ketemu keluarga tapi enaknya kloter kedua juga argo tetap jalan sampai pulang, meskipun tambahan tanggung jawabnya juga tidak ringan, tapi okelah kita nikmati saja setiap prosesnya.
Tugas saya kali ini bertambah untuk memfamiliarisasi 3 orang crew yang baru untuk kapal saya, dari ketiga orang tersebut terdiri dari 1 Nakhoda, 1 orang AB/Cook, dan satu orang lagi Juru Minyak untuk bagian mesin, untuk 2 yang terakhir hanya butuh waktu yang tidak terlalu lama karena sudah punya pengalaman yang tidak sedikit, untuk yang pertama juga tidak juga sebentar berpengalaman di Port Operation, di Qatar dan sekitaran middle east situ dan kemarin sudah training di Bremerhaven, Jerman, selama sebulan kurang lebih, tapi sekarang adu nyalinya di PTP dengan dengan kapal yang bersistem baru (Rotor Tug), berkomunikasi bukan dengan bahasa Inggis biasanya tapi dengan bahasa melayu, serta kapal-kapal yang kadang-kadang dilihat tidak masuk akal panjangnya, lebarnya, beratnya dan yang paling bikin merinding adalah Selop-nya serta koboinya para pandu menyandarkan kapal.
[caption caption="Selop Kapal"]
[/caption] Sebelumnya kita lihat Sekilas tentang Pelabuhan Tanjung Pelepas, PTP adalah sebuah pelabuhan yang di klaim oleh Malaysia sebagai pelabuhan tercanggih negara tetangga kita Indonesia tercinta, mengusung jargon Reliable-Efficient-Advanced PTP memang benar-benar sesuai dengan Mottonya, 24 jam sehari, 7 hari seminggu atau dalam tulisan kerenya ya 24/7-lah, di dominasi oleh terminal petikemas (Container).
Di satu sisi dan di seberangnya terdapat dermaga untuk bongkar muat batubara dan Tanker yang ukuranya juga "Sesuai" kedalaman, untuk menggambarkan kesibukanya salah satu contoh adalah waktu bongkar muat yang terbilang sangat cepat, ada kapal kontainer yang waktu itu hanya sandar-bongkar muat-lepas, hanya dalam waktu 1,5 Jam !!
Dan setelah lepas maka kapal dibelakangnya sudah siap untuk mengisi dermaga yang ditinggalkan itu beberapa saat setelahnya, kemudian klaim canggih yang di katakan juga saya lihat masuk akal juga karena dari sekian banyak kapal kontainer yang lalu-lalang tidak saya lihat ada kemacetan sama sekali seperti di koja kala malam jumat..canggih toh. Dari situ mungkin yang namanya dweling time disini bisa dipersingkat, tapi saya masih belum tau dweling time di Malaysia itu berapa lama hehehe. Ko malah jadi membangggakan Malaysia...
Indonesia Tetap Negeriku!
Kembali ke adu nyali, sebagai opertor kapal tunda pelabuhan (Harbour Tug) terutama untuk menghadapi kapal yang besar tantangan yang paling besar adalah Selop, Selop (Lupa bahasa Ilmiahnya-pen) disini bukannya sandal di kaki tapi bagian kapal yang melengkung kedalam dihitung dari belakang ke depan sampai ada posisi yang rata untuk mendorong dengan aman, itu untuk selop belakang ada juga selop depan yang di lihat dari ujung haluan sampai kebelakang di tempat yang aman untuk mendorong.
Banyak trik dan tips yang saya dapat dari trainer diberikan tapi hal nomor satu adalah keberanian, percuma apabila sudah memahami karakteristik kapal tapi nyali ciut, karena kadang berani juga tidak cukup, karena banyaknya faktor yang berpengaruh, dan hasilnya banyak sekali laporan kejadian kapal harbour tug yang anjunganya hancur atau kapal yang di sandarkan mengalami kerusakan, tapi untuk kami para operator itu wajar, namanya juga resiko kerja, kalo pengalaman saya pertama kali ya membuat "tanda tangan" (Lecet) di lambung kapal yang saya sandarkan lumayan panjang dan untungnya tidak ketahuan.
[caption caption="In-Direct Towing Mode"]
[/caption] Susah tidur karena mau pulang itu juga wajar, untung salah satu obatnya menulis, jadi otak tidak menghayal kemana-mana. Oklah saatnya Fokus lagi kerja agar semuanya baik dan selamat, mendampingi "Tug Master" baru untuk memahami PTP.
Salam
04.01 AM