Lihat ke Halaman Asli

Gunawan Simangunsong

Gunawan Simangunsong seorang Junior Asscociate di Refly Harun & Partners saat ini sedang menempuh Pascasarjana Universitas Indonesia Peminatan Hukum Kenegaraan. Untuk menghubungi bisa di gunawansimangunsong14@gmail.com

Belajar Tanpa Batas

Diperbarui: 29 Mei 2020   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: inyo3d.org

Manusia memang memiliki keterbatasan, tetapi kita tidak tahu sampai mana batas itu, so just do it! Itulah salah satu nasihat guru saya dahulu Pak Refly Harun, saya masih ingat betul kata-kata itu sampai saat ini. Memang sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, manusia itu serba terbatas dan tidak sempurna, namun apabila terus mengasah kemampuan dengan terus belajar, maka akan bermanfaat juga, baik bagi diri sendiri maupun sesama manusia, ibarat pisau yang tumpul, kalau diasah terus setiap hari yah pasti tajam juga.

Lantas untuk apa kita belajar? Yah menurut hemat saya, belajar itu adalah dalam rangka memperbaiki kualitas diri, agar kelak bermanfaat bagi manusia. Tidak ada manusia yang bermanfaat kalau tidak mau belajar, oh iyah tapi bermanfaat juga sih, tapi yah manfaatnya jadi tidak signifikan karena akhirnya orang yang tidak mau belajar akan menjadi objek bagi orang yang terus belajar.

Disini, saya tidak sedang membicarakan belajar di bangku pendidikan yah, bukan, saya sedang membicarakan belajar yah dimana saja dan kapan saja, belajar membaca buku di rumah misalnya, belajar ditempat pekerjaan mengenai cara menjadi pengusaha, atau bahkan belajar dari medsos atau Youtube.

Intinya belajar, yah dalam rangka memperbaiki diri dan mempraktekkannya. Itu saya paham karena tidak semua orang beruntung dapat mengakses dunia pendidikan, namun orang yang dapat mengakses dunia pendidikan juga, belum tentu mau belajar loh yah, makanya saya bilang belajar itu bisa dimana saja dan kapan saja, asal ada kemauan.

Saya bisa membayangkan, apabila manusia dari dulu tidak mau belajar, pasti manusia masih hidup di dalam dunia jahiliah atau dunia kebodohan. Sebagai contoh, dahulu kala, manusia menganggap petir merupakan simbol kemarahan alam terhadap manusia, tapi sekarang manusia tahu bahwa petir adalah fenomena alam, sehingga dalam menghadapinya bukan lagi dengan ketakutan tapi dengan kalkulasi.

Begitu juga dulu, orang menganggap raja itu adalah titisan Tuhan, makanya disebut berdarah biru, namun setelah rakyat Perancis memenggal kepala Raja Louis XVI yang terkenal kejam dan otoriter, ternyata darahnya merah juga, sama seperti manusia biasa. Nah, Akhirnya manusia mulai berpikir, dengan mencetuskan Sapere Aude atau beranilah berpikir. Maka setelah manusia mulai berani berpikir dan belajar, ditemukanlah berbagai penemuan, khususnya dunia saintis yang sangat berguna bagi kehidupan manusia modern saat ini.

Sebegitu pentingnya belajar, sehingga tidak ada negara modern saat ini yang tidak menginvestasikan besar-besaran  untuk pendidikan warga negaranya. Negara Jepang merupakan salah satu contoh negara yang sukses di dunia pendidikan. Jepang dulunya sangat tertutup dengan dunia luar, sehingga masyarakatnya tidak terdidik. Namun pada akhirnya, Jepang bangkit dengan mendidik warga negaranya dengan sangat baik di bawah Kaisar Meiji.

Memang negara Jepang bukanlah menjadi negara penemu, tapi negara Jepang adalah negara yang unggul dalam mengembangkan sebuah penemuan. Beda lagi dengan Tiongkok yang banyak belajar untuk meniru semua barang yang bermerk, sehingga menjualnya dengan harga murah. Yah namanya belajar, bisa dengan cara apa saja dan bagaimana menerapkannya, asal jangan belajar melakukan kejahatan saja hihihi

Belajar itu ibaratkan mengasah pisau yang tumpul, seperti yang tadi saya bilang, kalau gak diasah yah pasti tumpul terus, akhirnya gak dipake. Maka saya berpikir, mengapa banyak tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia? yah, karena sumber daya manusai kita belum mampu mengerjakan proyek-proyek besar itu. Bagaimana tidak dari sisi proporsional pendidikan pekerja Indonesia saja, yang paling banyak adalah lulusan SD yaitu 40 persen, sementara lulusan pendidikan tinggi hanya 9,7 persen. Maka jangan harap investor akan mau mempekerjaan orang-orang Indonesia selama dari sisi pendidikan masih sangat rendah.

Selain itu yang lebih memprihatinkan adalah tingkat minat baca Indonesia yang sangat rendah, sebagai contoh tahun 2016 menurut Most Littered Nation In the World, minat baca orang Indonesia menduduki urutan ke 60 dari 61 negara yang disurvei. Begitu juga menurut Perpustakan Nasional Indonesia, 91 persen penduduk Indonesia lebih suka menonton televisi dibandingkan membaca. Jadi jangan heran dengan minat baca yang lemah, maka rakyat gampang termakan hoax atau berita bohong yang disebarkan melalui media sosial atau berita-berita palsu, karena tidak terbiasa melakukan validitas atas informasi yang beredar.

Sudah seharusnya Pemerintah memberikan perhatian besar di dunia pendidikan, karena apabila masyarakat tidak mau belajar pada akhirnya akan terus bodoh, dan masa depan bangsa ini akan terus suram, dan akan menjadi objek dari negara maju. Sebaliknya apabila terus menerus dilakukan dukungan yang signifikan dari sisi pendidikan maka suatu saat masa depan bangsa ini akan cerah, sehingga bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar yang sejajar dengan negara-negara yang sudah maju duluan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline