aku baru pindah rumah
depan rumahku seberang jalan
rumah seorang hartawan
kaya karena rumahnya mentereng dan ada 2 mobil di garasinya
anehnya,
rumah hartawan itu sering penuh dengan kucing
entah dari mana saja kucing-kucing itu
datang dan pergi hanya untuk dapatkan jatah makan dari sang hartawan
suara yang brisik sangat mengganggu
tapi itu itu tak diperdulikan sang hartawan
bau amis makanan bercampur bau kotoran kucing
tersebar di seantero rumah itu
sang hartawan dengan sabar membersihkan semuanya
setelah kucing-kucing pergi dengan kenyang
dan rumah itu kembali sepi
begitulah hampir setiap hari
sang hartawan menyediakan makanan untuk kucing-kucing liar
entah apa maksudnya?
setiap hari dengan waktu-waktu yang sama
pagi dan menjelang malam tiba
selalu begitu
alangkah dermawannya dia pikir ku
begitu sayangnya kah dengan hewan-hewan
bahkan yang bukan miliknya
untuk apa ?
suatu ketika datang seorang peminta
meminta belas kasihnya
tapi entah mengapa sang hartawan justru menghardik dan mengusirnya
sehingga si pengemis pergi sambil menyumpah-nyumpah
tetangga lain bilang dia itu orang yang tak waras
tinggal sendiri dengan semua kekayaannya
dan dengan kebiasaannya yang seperti itu
menyayangi kucing dan hewan lain tapi benci pada pengemis
tapi tidak, hartawan itu ternyata ramah
dia menerima kedatangan ku dengan ramah
saat aku hendak bersilaturahmi memperkenalkan diri sebagai tetangga baru
dia persilakan aku masuk dan dia menjamu ku dengan sangat baik
ternyata dia pun tahu
tentang keheranan ku pada perilakunya
dia maklum dan kemudian dia mengungkapkan alasan dia.
“kucing dan juga hewan lain diciptakan Allah Swt.”
“tapi hanya dibekali napsu dan insting belaka.”
“tidak seperti kita manusia, dibekalinafsu, hati, dan juga pikiran”
“menyantuni kucing,saya tidak akan pernah kecewa”
“tetapi menyantuni manusia, bisa lebih banyak mudharatnya”
“mengapa? manusia banyak yang tak mau bersyukur.”
“bila saya memberi sekali pada mereka maka esok mereka akan datang lagi.”
“datang lagi, datang lagi dan itu akan jadi kebiasaan seperti kucing-kucing ini.”
“wajah mereka pun memelas mirip kucing.”
“saya berdosa bila menjadikan mereka seperti kucing.”
“hanya hidup dari pemberian orang.”
“saya bisa memaklumi kucing, mereka hanya hewan.”
“tak mampu berpikir untuk memenuhi hidup mereka.”
“mereka tak akan berterima kasih, membalas, memuji, atau memuja saya.”
“tak apa-apa”
“saya sudah puas dan ikhlas memberi makan mereka.”
Bekasi, 4 Ramadhan 1434 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H