Lihat ke Halaman Asli

Revolusi Mental Informasi = Berlomba-lomba Mencemooh dan Menghina? Hmmm….

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betapa sakti dan manisnya jargon ‘revolusi mental’ saat didengung-dengungkan di massa kampanye pilpres tempo lalu. Sebuah konsep filosofis yang dianggap sangat agung dan hebat, sebagai suatu terobosan untuk melakukan perbaikan bangsa dan negara. Beberapa tafsirnya adalah menyatakan Hak Azasi setiap Manusia SAMA ’Tanpa Syarat’, serta pembangunan keselarasan dalam kehidupan, dst....dst.

Konon revolusi mental khusus diarahkan pada perbaikan karakter, akhlak, dan budi pekerti dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sungguh indah dan mulia bila benar-benar nyata dilaksanakan.

Namun sayangnya, itu tetaplah hiasan kampanye, penuh wewangi bunga yang tawarkan madu.

Sepertinya itu tidak diniatkan untuk dilaksanakan dengan benar. Kesantunan berpolitik yang seharusnya menjadi pijakan awal dari konsep revolusi metal tidak muncul hingga kini. Ini ditujukan oleh penggunaan media informasi sebagai sarana berpolitik yang jauh dari kesantunan.

Revolusi mental dalam bidang informasi, justru diartikan sebagai kebebasan tanpa batas menyebarkan informasi. Media massa tidak lagi tempat yang nyaman untuk mendapatkan informasi. Justru media massa baik online maupun cetak telah menjadi sarana propaganda. Kebenaran informasi menjadi barang langka, yang ada adalah pemaksaan dan pembetukan opini.

Sulit menemukan media yang ’legowo’ untuk bisa netral, tak berpihak. Sulit, amat sangat sulit. Rakyat yang mestinya menjadi pengguna media, justru jadi korban dari ’kesesatan informasi’ media.

Nilai-nilai mulia seperti : kejujuran, legowo, keadilan, kesabaran, kesantunan, kesopanan,...hanya boleh dinyatakan oleh satu pihak, pihak lain tidak bisa menyatakan nilai-nilai itu. Karena nilai-nilai mulia semacam itu hanyalah milik mereka. Apa pun kenyataannya, hanya mereka yang paling mulia.

Mungkin makna tafsir Hak Azasi setiap Manusia SAMA ’Tanpa Syarat’.. itu berarti bahwa revolusi mental informasi adalah:

Berhak menggunakan media untuk menyatakan seseorang lebih jujur dari yang lain?

Berhak menggunakan media untuk menyatakan seseorang pasti curang, sedang dirinya tidak?

Berhak menggunakan media untuk memaksa seseorang harus legowo, sedang dirinya tidak?

Berhak menggunakan media untuk menyatakan seseorang jahat, sedang dirinya pasti baik?

Berhak menggunakan media untuk mencemooh warga negara yang menuntut keadilan ?

Dst...

Berhak menggunakan media untuk menyatakan pendapat dengan berbagai cara yang mungkin: mencemooh, fitnah, menghina, merendahkan, intimidasi, disinformasi , dst...

Sehingga dengan mengusung semangat ’revolusi mental’ ini, setiap orang mendapat kesempatan untuk ikut berlomba-lomba melakukan propaganda negatif, dan propaganda hitam.

Jadi apakah salah bila dikatakan:

Revolusi Mental Informasi telah dimulai dengan berlomba-lomba mencemooh dan menghina?.....

Hmmm......jawabannya saya serahkan pada pembaca.

Diakhir tulisan ini saya akan sampaikan sebuah syair :

Harimau yang mengendap di lebatnya ilalang

akan terlihat belangnya saat dia mengaum

Buaya yang bersembunyi dikehijauan rawa

akan terlihat buasnya saat dia menganga

Ya udah, segitu dulu. Sekedarnya saja.

Mohon maaf bila ada kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline