Lihat ke Halaman Asli

Ponsel Pintar dan Orang Dungu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada kisah yang ingin kusampaikan kepadamu. Ini tentang suatu perjalanan pulang. Setelah kajadian pencopetan ponselku yang berwarna kuning itu, aku berhenti untuk naik bus patas. Ia sungguh sama saja beresiko dengan bus ekonomi. Atau malah lebih berbahaya. Aku lebih suka berdandan sederhana, membaur dengan rakyat kebanyakan. Aku sungguh telah muak untuk sering kali membayar lebih mahal dari orang kebanyakan di banyak kendaraan umum. Aku ragu apa alasannya.

Saat itu sudah malam, aku menuju Probolinggo dengan sebuah bus ekonomi. Aku duduk di antara dua orang di bangku bertiga. Kutanya mereka mau turun mana dan pertanyaan basa-basi pada umumnya. Kau tahu? Basa-basi itu penting. Ia adalah bagian dari keramahtamahan. Maka aku yang introver ini mencoba menjadi ekstrover pada saat tertentu, saat itu. Aku percaya dunia ini masih bisa diselamatkan. Namun aku sangat kecewa. Pembicaraan kami terjadi searah. Mereka seperti ogah-ogahan berbicara dengan orang asing.

Di sebelah kanan, dekat jendela, seorang remaja lelaki adalah seseorang dari kelautan atau pelayaran, aku tak sebegitu ingat. Ia baru dari Jakarta untuk mengambil ijazahnya. Kemudian sangat hambar. Aku mengalihkan kepada pria sebelah kiriku. Ia malah ketus sekali. Sumpah serapah sendirinya menyerbak dari pikiran terdalamku dan aku percaya aku agak ajaib. Ia pasti menyesal telah bersikap demikian. Aku berhenti mencoba meramah kepada mereka berdua, ketika mereka telah sibuk tenggelam pada smart phone mereka masing-masing. Aku berdoa: mudah-mudahan kecerdasan ponsel yang mereka miliki dapat menular kepada pemiliknya. Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline