Lihat ke Halaman Asli

Diwariskan Oleh Siapa Karakter "Tidak Menerima" Kekalahan (PDIP)

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik mengikuti dua pilkada dua bulan maret ini, pilkada Jabar dan pilkada Sumut, menariknya bukan hanya karena kemenangan itu diborong oleh Satu Partai PKS ketika partai ini dihantam Tsunami Politik  (istilah burhanudin muhtadi) belum lagi pilkada ini terjadi dua provinsi terbesar pada masing-masing Pulau. Tapi Menariknya adalah adanya sikap ketedikamenrimaan calon yang kebetulan partai sama yaitu PDIP terhadap kemenangan calon lain dan kekalahan mereka, ketidakterimaan ini diikuti selain pernyataan diberbagai media juga tuntutan yang menarik misalnya  tuntutan Oneng ke MK; Pertama meminta diskualifikasi Aher dan penetapan Rieke. Kedua, kalau tidak diskualifikasi meminta Pilkada ulang dengan empat kandidat tanpa ada Aher. Ketiga, jika Aher tetap ingin ikut, kami minta Pilkada ulang tapi Bawaslu Pusat turun tangan.

Tuntutan ini dari segi kalimat menunjukkan sebuah kengototan dan emosional dari kubu PDIP terhadap ketidakpenerimaan kekalahan, memang tuntutan ke MK adalah hak konstitusi tetapi isi permintaan ini mencerminkan suatu kengototatn, apalagi tidak diikuti dengan sikap simpatik misalnnya mengucapkan selamat dulu ke Aher baru ke MK, sehingga tidak mengherankan tuntutan oneng ini menjadi bahan candaan dimedia sosial.

Selanjutnya Pilkada Sumut dari perhitungan cepat oleh LSI (yang track recordnya dalam QC tidak melesat, bahkan dapat penghargaan dari MURI krn ketepatannya) dimenangkan oleh pasangan Ganteng No. 5  yaitu sekitar 32%, angka kemenga namun hari ini dimedia pasangan Efendi Simbolon mengklaim dengan yakin bahwa mereka yang menangkan pilkada sumut dan seolah ingin membalikkan keyakinan publik yang sudah terbentuk tentang kemenangan No.5 dan anehnya hanya pasangan dari PDIP yang sepertinya seolah tidak kembali lagi tidak menerima, yang lain sudah mengucapkan selamat.  kemenangan di dua pilkada oleh PKS tidak terllau mengejutkan sesungguhnya karena yang pertam PKS adalah Incumbent, kedua survey sebelum pencoblosan yang dirilis oleh lembaga survey memang menempatkan mereka sebagai pemenang artinya ketidak penerimaan sangat dan sangat lemah

Ketidakmenerimaan atas kekalahan dan kemengan partai lain sedang ditunjukkan oleh PDIP, seolah ingin menunjukkan perjuangan tidak boleh berhenti moncong putih harus menang, ini yang sangat disayangkan harusnya kekalahan dijadikan refleksi dan mengukur diri kenapa bisa kalah dan dan tidak terlalu menunjukkan ke PeDean yang tinggi seperti sioneng  yang seolah menunjukkan bahwa dia yang terbaik yang lain tidak, padahal kalau kalah menunjukkan bahwa belum kelayakan dan harus terus bekerja untuk rakyat,  haha alangkah lucunya, dia menafikkan pilihan rakyat. Tapi ini tidak perlu diherankan karena sesungguhnya sikap ini sepertinya diwariskan oleh Sang ketua Megawati, dalam dua pilpres terhadap kemengan SBY sampai sekarang Megawati belum menerima dan tidak ridho atas keputusan rakyat sehingga tidak mau jabat tangan, memalingkan muka, tidak senyum, tidak memenuhi undangan walaupun undangan kenegaraan seperti perayaan 17 Agustus

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline