Lihat ke Halaman Asli

Gunawan

TERVERIFIKASI

Dosen

Orang Miskin Harus Bisa Kuliah

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391677753656363010

[caption id="attachment_320922" align="aligncenter" width="576" caption="Berpose Sebelum berangkat Studi Tour bersama teman satu angkatan (sumber: docpri) ("][/caption]

Saya dulu mau kuliah modal nekat. Kenapa saya katakan nekat? Karena keluarga saya termasuk keluarga miskin. Ayah sudah meninggal disaat saya dan adik-adik masih butuh biaya sekolah. Sementara ibu harus banting tulang bekerja demi bisa menyambung hidup kami anak-anaknya.

Tapi begitupun saya harus tetap sekolah. Untung saja saya termasuk anak yang pintar dan selalu gratis uang sekolah karena selalu mendapat juara umum. Yayasan sekolah pembauran tempat saya sekolah yang dikelolah oleh saudara kita suku Tionghoa selalu memperhatikan siswa-siswanya yang berprestasi baik dari warga pribumi maupun non pribumi (masa itu masih ada istilah ini).

Ketika saya berhasil menamatkan SMA, saya dilanda kegalauan tingkat dewa. Betapa tidak waktu itu sepeda saya satu-satunya harus terjual supaya saya bisa mendaftar dan mengikuti UMPTN. Saya sangat ingat ketika dipertengahan tahun 1994 saya mengikuti UMPTN bersama kawan akrab saya sejak SD sampai SMA. Sayangnya teman saya tidak lulus UMPTN. Saya lulus di Politeknik USU yang sekarang sudah berubah nama menjadi Politeknik Negeri Medan.

Untuk biaya selanjutnya ibu saya terpaksa berhutang kepada paman dan kerabat lainnya. Alhamdulillah disemester awal saya bisa mendapatkan IP yang bagus dan semester berikutnya berhasil mendapat beasiswa Supersemar dari Presiden Soeharto.

Untuk biaya makan dan kos, alhamdulillah saya diterima mengajar privat dan mengajari anak-anak kepala sekolah saya di SMP dulu seorang suku Tionghoa. Dari beliaulah saya banyak belajar untuk ulet dan bekerja keras dalam menuntut cita-cita saya.

Selanjutnya saya juga kos gratis dirumah bang Siswono seorang pegawai di suatu perusahaan BUMN yang dikuliahkan gratis oleh perusahaannya. Dirumah beliau inilah saya bisa belajar komputer dan belajar mengoprek karena beliau lulusan STM. Kemudian barter saya yang mengajari beliau Matematika, Fisikia, Kimia dan ilmu-ilmu dasar yang kami pelajari di SMA dan dilanjutkan di perkuliahan.

Jika saya dulu tidak kuliah, mungkin kehidupan saya tidak seperti sekarang ini. Mungkin saya sudah menjadi pekerja kasar di pabrik atau peternakan ayam yang ada di desa saya, seperti yang sekarang dialami teman-teman saya waktu kecil dulu di desa.

Orang-orang desa yang dulu mengejek dan menghina saya dan keluarga karena ngotot menguliahkan anak-anaknya akhirnya terbuka mata mereka. Bahwa orang miskin yang mau menuntut ilmu akan dinaikan derajatnya itu sangat benar. Selain bisa mengentaskan kemiskinan kuliah akan menjadikan kita berwawasan luas dan mempunyai cara berfikir yang berbeda dari orang-orang yang tidak berkesempatan mengecap bangku kuliah.

Setelah tamat kuliah dan bekerja saya bisa membantu ekonomi ibu saya dan bisa membantu biaya sekolah adik-adik saya. Sedikit demi sedikit tingkat perekonomian kami meningkat. Orang-orang di desa sudah tidak memandang sebelah mata lagi kepada ibu saya yang hanya seorang janda.

Lika-liku kuliah saya sungguh rumit, saya dulu sengaja memilih D3 agar cepat bekerja. Dan itu terbukti setelah saya tamat kuliah, saya langsung bisa bekerja di sebuah proyek mikrohidro (pembuatan pembangkit listrik tenaga air mikro) yang dikelolah oleh dosen saya. Saya dipercaya ikut proyeknya karena saya mempunyai kemampujan memprogram mikrokontroller yang menjadi perangkat utama dari projek itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline