Lihat ke Halaman Asli

Gunawan

TERVERIFIKASI

Dosen

Microsoft: Biarkan Public Membajak Setelah Itu Kuasai Korporatnya

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (img-freshnetworks.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="548" caption="Ilustrasi (img-freshnetworks.com)"][/caption]

Sejak kenal komputer waktu SMP dulu sekitar tahun 1990-an, software yang saya kenal ya buatan Microsoft ini yaitu DOS alias Disk Operating System keluaran Micorosoft for DOS.  Ingat dulu komputer bisa nyala jika dimasukan disket besar ukuran 5,5 inchi.

Seingat saya waktu masih sekolah dulu memang tak pernah membeli yang namanya software. Semuanya tinggal copy. Seperti DOS dulu guru di lab komputer sudah mengkopikannya untuk kami di disket masing.-masing. Demikian juga saat muncul sistem operasi windows dan juga program Officenya yang populer sampai sekarang tak pernah membeli softwarenya. Tahu-tahu kalau beli komputer sudah ada program windownya dan tinggal pakai saja. Saya juga heran kenapa produk microsoft sangat bebas dibajak di Indonesia. Apa memang ada unsur pembiaran?

Nah, dari sinilah makanya para pengguna komputer di Indonesia sudah biasa menggunakan produk Microsoft.  Sejak kecil sudah dimanjakan oleh Microsoft. Maka setelah beranjak besar dan bekerja tahunya hanya program Microsoft windows dan officenya seperti Word dan Excel.

Ternyata hal ini membuat hampir semua kantor-kantor dan perusahan baik mulai dari perusahan kecil sampai besar, dan juga semua lembaga pemerintahan dari yang rendah sampai yang tinggi menggunakan product dari microsoft ini.  Karena kalau pakai Linux atau product yang open source lainnya pegawainya tidak familiar atau tidak mau karena sudah kadung "keenakan" memakai "barang haram" Microsoft tadi waktu sekolah dan kuliah.

Nah, saatnya Microsoft meraup keuntungan dengan memberlakukan software resmi (genuine) bagi korporasi atau perusahan maupun lembaga pemerintah. Kalau tidak siap-siap dituntut oleh Microsoft dengan denda yang tinggi bahkan bisa dibui. Maka mau tak mau setiap perusahaan dan lembaga pemerintah harus membayar lisensi kepada Microsoft yang besarnya sangat fantastik. Contoh kasus untuk Kota Surabaya saja diperlukan anggaran 5 milyar tiap tahun untuk membayar lisensi kepada Microsoft. Belum daerah dan kota-kota yang lain.(Sumber)

Demikian juga dengan pihak kampus di Indonesia harus membayar lisensi dengan program MCA (Microsoft Campus Agreement) dengan alasan untuk membudayakan kampus-kampus di Indonesia untuk menghargai HAKI (sumber). Maka setiap kampus yang menggunakan product Microsoft harus membayar lisensi yang besarnya juga fantastik tergantung banyaknya mahasiswa dan seluruh staf dan pegawai di kampus itu.

Nah, jika sekarang kita sudah terbelit dengan microsoft karena dari kecil sudah dibiarkan menggunakan product microsoft yang seharusnya dibeli dengan harga mahal itu. Mau tak mau kita harus membelinya. Sama halnya dengan narkoba. Seorang remaja pertama kali  mencoba narkoba akan diberi gratis oleh pengedar. Setelah ketagihan baru si remaja dipaksa untuk membeli. Mau tak mau harus membeli karena sudah ketagihan.

Makanya di negeri ini agar terbebas dari Microsoft sejak dini anak-anak kita harus mulai beralih kepada program open source yang lisensinya free. seperti linux dan openoffice-nya. Sehingga tak terbiasa manja seperti kita saat ini. Dengan menggunakan produk open source mungkin banyak pengeluaran negara yang bisa dihemat.

Dulu kita sudah bisa membuat sistem operasi sendisi namanya IGOS (indonesia Go Open Source) yang dikembangkan oleh anak bangsa sendiri. Saya juga masih mengikuti forum diskusinya di sini. Entah mengapa pemerintah kurang mendukungnya. Malah menkominfo melakukan MOU dengan Microsoft. Saat itu Menkoinfo dipegang oleh Sofyan Jalil  dan diikuti oleh para penggantinya yang lain (sumber). Sejak itulah perkembangan open source termasuk  IGOS seperti hidup segan mati tak mau.

Jika demikian, sepertinya kita akan sulit terbebas dari microsoft. Namun jika pihak pemerintah mendukung dan lembaga pendidikkan seperti kampus dan sekolah-sekolah mau beralih ke open source dan mewajibkan siswa dan mahasiswa untuk menggunakan open source seperti linux dan openoffice maka sedikit demi sedikit kita bisa terbebas dari jeratan Microsoft.

Salam - Kompasiana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline