[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Prabowo dan Jokowi (sumberfoto:kompas.com)"][/caption]
Membandingkan calon presiden dengan pemimpin yang sudah sukses memimpin di dunia dan sejarah nya terukir gemilang membawa peradaban bagi umat manusia apakah dilarang? Tentu tidak. Adalah hak setiap orang membanding bandingkan sesuatu yang akan dipilihnya.
Jangankan calon pemimpin,calon istri atau suami juga harus dilihat dan dibandingkan baik sifat maupun bentuk fisiknya. Seorang anak laki-laki yang kagum dengan ibunya pastilah akan membandingkan calon istrinya dengan ibunya. Demikian juga sebaliknya seorang anak wanita akan membandingkan dnegan ayah yang dikaguminya. Dan itu wajar saja menurut saya.
Demikian juga dalam memilih presiden kita harus mempunyai tolok ukur dan harus bisa membandingkan dengan seorang pemimpin yang kita kagumi. Kebetulan saya mengagumi Umar Bin Khatab salah seorang pemimpin atau Khalifah yang kedua menggantikan Abu Bakar Siddik.
Sebagai mukadimah mungkin pembaca ingin tahu siapa itu Umar Bin Khatab? Bagi pembaca yang belum tahu baiklah akan saya nukilkan sedikit riwayat umar Bin Khatab yang banyak menginspirasi bagaimana menjadi pemimpin yang baik.
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzzaatau lebih dikenal denganUmar bin Khattab (581- November 644) adalah salah seorang sahabatNabi Muhammad S.A.W.yang juga adalah khalifahkedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin). Untuk lengkapnya bisa dibaca di sini.
Pemimpin yang Suka Blusukan
Kisah Umar Bin Khatab sebagai pemimpin yang suka mengunjungi rakyatnya ini atau sekarang sering disebut blusukan ini banyak ditulis dan beredar luas baik di blog maupun di buku-buku agama. Salah satu kisahnya yang sangat menginspirasi saya adalah kisah diamana Umar melakukan blusukan ke padang pasir pada malam hari.
Pada saat blusukan itu beliau menemui sebuah tenda yang di depannya ada tungku yang menyala. Ternyata di tenda itu ada seorang ibu dan anak-anaknya. Ketika ditanya oleh Umar apa yang dimasaknya? ibu itu hanya mengatakan sedang memasak batu untuk mengelabui anak-anaknya agar tidak merengek karena kelaparan. Umar tersentak dan mepersalahkan dirinya sebagai pemimpin yang tak bisa mensejahterahkan rakyatnya. Akhirnya dia kembali dan memanggul karung gandum untuk diberikan kepada ibu itu. Tidak hanya memberikan beliau juga memasaknya sambil menyuguhkan dan hatinya baru bisa senang ketika ibu dan anak-anak itu tertawa riang karena sudah kenyang.
Kisah Keberanian Umar Bin Khatab
Sebelum memeluk Islam Umar adalah sosok yang brangasah, pemarah dan pemberani. Jika jaman sekarang Umar disebut preman besar masa itu. Umar juga salah seorang pemuda yang diutus kaum Qurays untuk membunuh Rasulullah.
Kehebatan dan kegagahan Umar bin Khatab dalam berperang dan berkuda tak diragukan lagi. Setelah mendapat hidayah dan memeluk Islam keberaniannya berubah 180 derajat dengan membela Rasulullah.
Pemimpin Masa Sekarang
Sejak Jokowi melakukan blusukan banyak tuduhan bahwa Jokowi meniru Umar Bin Khatab. Banyak juga celaan bahwa blusukan Jokowi hanya sebagai pencitraan politik saja. Malah ada yang melarang Jokowi blusukan karena itu hak paten milik Umar Bin Khatab. (sumber).
Blusukan Jokowi memang tidak sama persis dengan kisah Umar tapi dengan adanya pemimpin seperti Jokowi yang sangat langkah. Dimana pemimpin sekarang hanya terima laporan asal bapak senang dan bersantai ria di kantornya. Sampai-sampai ada pejabat yang di ruang kantornya dibangun ruangan karaoke yang mewah,sejuk dan nyaman dilengkapi dengan pendingin ruangan yang lengkap. (sumber).
Makanya dengan gebrakan Jokowi melakukan blusukan baik saat menjabat sebagai walikota Solo sampai menjabat gubernur DKI sudah membawa sedikit kesejukan bagi orang-orang yang merindukan sosok Umar Bin Khatab seperti saya.
Sebagai penyeimbang artikel ini, menurut saya Prabowo Subianto juga mirip Umar bin Khatab yang mengadopsi sifat brangasan dan pemarah yang dimiliki Umar terhadap orang-orang yang menentangnya. Umar tak segan-segan memenggal musuh-musuhnya. Anda bisa membaca kisah Umar saat belum memeluk Islam.
Setelah masa damai Umar bin Khatab tidak lagi pemarah dan brangasan malah beliau berubah menjadi orang yang paling lembut dan mudah menangis dan mempunyai perasaan yang peka terhadap penderitaan rakyat yang dipimpinnya.
Penutup
Sebagai bahan renungan, saya akan menambahkan ada 6 wasiat Umar Bin Khatab yang mungkin bisa menjadi inspirasi kita bersama:
- Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
- Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
- Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.
- Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
- Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
- Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Artikel ini hanya sebagai gambaran saja, selanjutnya saya serahkan kepada pembaca untuk menilai mana yang lebih mirip Umar bin Khatab, Jokowi atau Prabowo?
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H