Lihat ke Halaman Asli

Gunawan

TERVERIFIKASI

Dosen

Pencapresan Jokowi Sebuah Konspirasi?

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi - Jusuf Kalla (sumberfoto: kompas.com)

[caption id="" align="alignnone" width="780" caption="Jokowi - Jusuf Kalla (sumberfoto: kompas.com)"][/caption]

Banyak yang tak percaya Jokowi bakalan bisa menjadi capres. Dan nanti saat Jokowi memenangkan Pilpres 9 juli 2014 nanti juga orang masih banyak yang tak percaya (maksudnya para elit partai rakus). Nah kalau rakyat pendukung dan pemilihnya ya tentulah percaya.

Dari keanehan-keanehan yang dituduhkan kepada Jokowi yang hanya seorang anak tukang meubel dan pengusaha meubel akhirnya bisa jadi Walikota Solo. Kemudian terpilih untuk yang kedua kali padahal beliau dihari terakhir baru mendaftar itupun karena didesak warga Solo Jokowi terpilih untuk kedua kali dengan suara lebih dari 90%.

Lalu belum genap mejabat Jokowi ditunjuk oleh PDIP untuk menjadi gubernur DKI. Nah di sini juga banyak yang heran bahkan mencibir dengan cibiran yang sungguh menyakitkan. “Wah wong ndeso mau jadi gubernur DKI tahu apa dia tentang jakarta.” Kata sebagian sengkuni yang melecehkan Jokowi.

Tak dinyana dan tak diduga diputaran kedua Fauzi Bowo keok dikalahkan wng ndeso yang bergandengan dengan Ahok yang juga dari desa di Belitung sana. Lalu belum genap 2 tahun Jokowi ditunjuk lagi oleh Megawati sebagai capres yang diamantkan melalui tulisn tangan megawati tanggal 14 Maret 2014 yang lalu.

Banyak yang tak menduga. Saya saja diejek karena menulis dan mendorong ibu Mega mencapreskan Jokowi.Banyak akun-akun tak jelas mencibir saya mengatakanj saya mimpi. Mereka berkeyakinan ibu Mega tak akan mencapreskan Jokowi.

Saya siapa, saya bukan siapa-siapa yang bisa mempengaruhi ibu ketum PDIP. Tapi rakyatlah yang memintanya. Dengan gejolak rakyat inilah Jokowi bisa langgeng dan akhirnya resmi jadi capres karena dukungan rakyat yang mencblos banteng moncong putih di pilpres 9 April 2014 yang lalu.

Sejak 14 maret meradanglah Prabowo dengan Fadli Zon yang terus-terusan mengejek jokowi dengan puisi-puisinya. Belum lagi isu sara yang dihembus saat pilgub lalu masih juga dimainkan oleh media haluan kiri seperti voa-islam,arrahmah dan pkspiyngan. Apalgi sejak PKS merapat ke Gerindra.

Jadi siapa yang mulai menyerang Jokowi? Lalu saat Jokowi sudah tak bicara rapopo mereka teriak-teriak Jokowi tak seperti dulu. Jokowi sudah berubah. Jokowi suka menyindir. Jokowi arogan hanya iosu saja mau dilaporkan. Lalu nuduh lagi bahwa kampanye hitam itu buatan pendukung Jokowi sendiri. Sungguh mirip seperti anak-anak yang ketika diejek gantian diejek malah mewek-mewk dan ngadu ke mamak atau bapaknya.

Inikah yang disebut konsfirasi pencapresan Jokowi. Apakah memang ada yang mengatur semua perjalanan karis Jokowi hingga nantinya terpilih menjadi Presiden RI. Lalu partai yang mengaku Islam mengatakan ini konsfirasi yahudi untuk memberangus umat Islam. Sungguh naif. Apakah saat Jokowi menjabat pilgub DKI umat Islam diberangus disana?

Banyak yang ketakutan kalau Jokowi jadi Presiden RI seperti yang pernah saya tuliskan di artikel saya terdahulu bahwa para pejabat dan aparat pemalas akan takut. Para politikus busuk akan takut, para pengusaha hitam akan takut. Mereka takut tak akan lagi bisa menikmati kekayaan negeri ini untuk mereka sendiri dan kroninya. Karena Jokowi akan membaginya untuk rakyat banyak yang selama ini hanya sebagai pelengkap penderita saja.

Sekali lagi lihat kronologisnya, adakah Jokowi yang mencapreskan diri? Adakah Jokowi yang berambisi beriklan bertahun-tahun lamanya? Adakah Jokowi seorang kaya raya yang walau bukan ketum sebuah partai tapi dia pengambil keputusan? Pembaca bisa menjawabnya sendiri.

Jika masih ada yang mengatakan bahwa pencapresan Jokowi adalah sebuah konsfirasi, maka sesungguhnya konsfirasi ini didukung rakyat dan diridhoi Tuhan. Maka sesungguhnya orang yang masih keheran-heranan dan tak percaya berarti juga tak percaya dengan adanya takdir Tuhan yang Maha Kuasa.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline