Lihat ke Halaman Asli

Ketika Gadget Menimbulkan Iri

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern seperti sekarang ini, manusia sebagai makhluk sosial selalu haus akan tren dan sesuatu yang bisa membuat dirinya menjadi lebih baik. Manusia haus akan perkembangan, selalu ingin tahu dan ingin merasakan hal yang menyenangkan. Pada saat teknologi menjadi suatu hal yang tak lagi tabu, bahkan lumrah untuk bisa dimengerti oleh anak kecil sekalipun, para produsen dan pengembang teknologi kian memanfaatkan keadaan ini. Mereka menciptakan gadget, membuatnya sebagai barang dagang yang sangat menggiurkan. Menaruh berbagai aplikasi dengan segudang kelebihan di dalamnya. Namun, di sinilah kekurangannya.

Sifat dasar dari teknologi adalah, menciptakan yang belum pernah ada, mengembangkan yang sudah ada, dan menyempurnakan yang sudah pernah dikembangkan. Tak perlu ada pembelajaran khusus untuk bisa memahami teori tersebut, karena banyak di antara kita yang gemar menggonta-ganti hape demi untuk dimanjakan oleh sebuah teknologi. Dari sini kita bisa melihat bahwa, sifat anak kecil akan selalu berada di dalam jiwa manusia, tak peduli seberapa tua umurmu. Dan oleh karena itu, sebagaimana anak kecil yang masih lugu, kita pun memiliki sifat iri dan dengki terhadap orang lain. Mungkin bahasa yang tepat untuk kalangan dewasa adalah, sinis.

Kita semua tahu bahwa perkembangan teknologi selalu mencoba untuk mengikuti ekonomi pasar. Tetapi apakah teknologi juga mencoba untuk mengerti ekonomi masyarakat?

Produsen teknologi sangat lihai berperan di dalam dunia bisnis. Mereka menciptakan sebuah merk gadget dengan berbagai pilihan, dengan berbagai macam keunggulannya. Kita pasti pernah mendengar ucapan, “memang harga tidak pernah bohong”; Percaya atau tidak, istilah itu kerap kali dijadikan pedoman bagi sebagian orang ketika mereka ingin membeli suatu barang. Atau dapat kita kemukakan disini adalah, membeli suatu gadget.

‘Harga tidak pernah bohong’, benarkah? Ketika seorang konsumen sedang memperbandingkan dua buah gadget dengan merk yang berbeda, dengan fitur dan aplikasi yang berbeda, juga harga yang sangat jauh berbeda, maka kita dihadapkan oleh suatu keadaan yang dinamakan ‘dilema’. Mengapa dilema? Begini, saya beri contoh.

‘Merk A’ mempunyai harga yang murah, dengan berbagai fitur menarik dan model yang dinamis. ‘Merk B’ memiliki standar harga yang lebih mahal dari ‘Merk A’, dengan fitur yang tak kalah menarik, juga model yang sangat dinamis. Slogan ‘harga tidak pernah bohong’ dimiliki oleh ‘Merk B’, karena ia memiliki aplikasi-aplikasi yang yang tak mungkin dimiliki oleh ‘Merk A’. Namun konsumen tersebut haya bisa mentolerir harga dari ‘Merk A’, juga tetapi ia pun ingin merasakan dan memiliki aplikasi yang ada di ‘Merk B’.

Dan arti dari dilema adalah, situasi sulit yang mengharuskan orang menentukan pilihan antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan. Kemudian, ia pun memilih untuk membawa pulang ‘Merk A’ dengan hati yang tertinggal di ‘Merk B’. Lalu ia menjadi pesimis akan gadget yang telah dimilikinya, dan mulai mencari-cari alibi bahwa gadget yang dimilikinya pun juga tak kalah canggih seperti ‘Merk B’. Pernahkah kau menemukan orang seperti ini di sekitarmu?

Sangat manusiawi jika kita memiliki rasa iri, apalagi iri terhadap kecanggihan suatu gadget. Yang tak manusiawi adalah, ketika kita terlalu sibuk untuk mencari kekurangan dan kelebihan pada sebuah gadget, kemudian menjadikannya sebuah cibiran atau merendahkan seseorang hanya karena orang  tersebut mempunyai sebuah gadget yang tidak mampu kita miliki. Atas dasar sinisme, kita menjadi pribadi yang tak etis.

Itulah contoh dari fenomena gadet yang sangat mungkin menimbulkan iri di sekitar lingkungan kita. Manusia memiliki sifat yang berbeda-beda, maka alangkah baiknya jika kita yang beruntung memiliki gadget canggih tak menjadikannya sebuah alat pamer. Atau sekedar barang yang dibeli hanya untuk ditaruh dan disimpan di dalam tas saja.

Gunakan dan eksplorasi kecanggihannya. Karena pada kenyataannya, masih banyak orang-orang yang tak mampu namun lebih pandai dan lebih membutuhkannya dibanding kita, hanya saja mereka tak beruntung untuk bisa memilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline