Prabowo ingin kabinetnya diisi oleh individu-individu kompeten, meskipun mereka diajukan oleh partai politik. Menariknya Prof. Stella Christie ini berasal dari luar politik dan merupakan murni akademisi.
Terpilihnya sosok Prof. Stella Christie dalam kabinet merah putih merupakan salah satu upaya memenuhi janji Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto untuk membentuk kabinet zaken di masa pemerintahannya. Melalui sekjen partai gerindra, Ahmad Muzani,Kabinet Zaken atau yang dikenal juga dengan kabinet berbasis keahlian merupakan kondisi kabinet yang setiap posisi strategis diisi oleh sosok yang ahli di bidangnya. Selain karna kacamatanya, beliau sukses mencuri perhatian publik karna prestasinya yang sudah melanglang buana di luar negeri.
Stella Christie merupakan seorang ilmuwan kognitif yang berasal dari Medan, Sumatera Utara. Ia mengenyam pendidikan tinggi mulai dari sarjana di Harvard University pada tahun 2004 dengan predikat magna cum laude dan Highest Honors. Pendidikan S2 dan S3 ia lanjutkan di bidang psikologi kognitif dari Northwestern University pada tahun 2010. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Stella Christie menjadi profesor di Universitas Tsinghua, Beijing, Tiongkok, dan memegang peran penting sebagai Research Chair di Tsinghua Laboratory of Brain and Intelligence serta Direktur Child Cognition Center. Selain itu, ia aktif dalam berbagai organisasi ilmiah internasional, termasuk Cognitive Science Society, yang menunjukkan keterlibatannya dalam perkembangan penelitian kognitif di dunia.
Menariknya, dengan semua pencapaiannya di bidang keilmuan, dalam wawancara bersama youtube CNN Indonesia, Stella Christie mengaku bahwa dia awalnya tidak bercita cita menjadi ilmuwan. Dia mengambil kuliah ekonomi hingga tahun ke 3 hingga kemudian rasa penasarannya tentang jawaban atas pertanyaannya tentang sains membuatnya memutuskan untuk menjadi ilmuwan. Sosok suaminya yang sejak awal ingin menjadi ilmuwan juga turut berkontribusi untuk membulatkan tekadnya menjadi ilmuwan.
Alasannya untuk mau mengabdi menjadi wamen dan pulang dari luar negeri juga patut diacungi jempol.
"Segala sesuatu yang saya punya berasal dari negara Indonesia". Ujarnya ketika ditanya tentang alasan mau kembali menjadi wamen.
Ujaran tersebut dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa segala kesuksesannya tidak terlepas dari peran negara sehingga dia bisa menimba ilmu di Havard University. Hal tersebut seharusnya dapat menjadi tamparan untuk para warga negara yang mendapatkan manfaat yang sama, tetapi tidak memiliki kesadaran untuk membalas jasa dengan mengabdi kepada negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H