Kujunjung langit setiap hari, berjalan menurun dan mendaki, melewati hutan-hutan yang diterpa hujan, mencari ketetapan hidup di bawah langit yang riuh
Keringat bercucuran di antara desing suara pabrik, perjalanan masih bersama orang-orang yang tidak bekerja, akankah sempat bekerja sebelum langit meruntuh? Sedangkan rintih tak berbunyi di dalam dada
Sedih bila waktu habis untukku, sedangkan dunia masih panjang dengan tantangannya, riun rantai langit menghina diri yang termangu miris, penuh kepedihan berjalan dengan luka yang dalam
Sekian lama, harapan ditumpukkan di dada oleh orang tua, namun setiap jejak usaha hanya terhenti pada luka, gelap dan terang langit tidak bermakna di masaku
Langit riuh yang sebentar lagi runtuh, hidup terpojok pada masa yang berdosa, kadang lelah terkata pada mereka, hatiku riuh menjalani hidup dalam dekapan tak bermasa depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H