Lihat ke Halaman Asli

Salah Satu Ucapan Terakhir Imam Khomeini kepada Keluarganya

Diperbarui: 4 April 2017   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Malam hari sebelum beliau meninggalkan rumah sakit tempat beliau melewati saat-saat terakhir dari kehidupannya, almarhum Imam Khoemini sedang bersama menantunya, Fathimah Thabathaba’I, diantara kerabat lainnya. Fathimah menuturkan percakapan berikut ini, yang terjadi setelah Imam Khomeini menikmati sedikit makan malamnya.

Imam Khomeini : “kini aku ingin menyampaikan satu-dua nasihat untukmu,aku tidak akan kembali.namun,aku tidak ingin engkau mengekspresikan duka cita dan kegundahan atas kematianku. Aku memohon kepada Allah untuk memberimu ketabahan. Ingat, jangan sampai engkau menangis dan meratap. Inilah apa yang harus aku katakan.”

Fathimah Thabathaba’I : aku dan khanum (istri Imam Khomeini) hadir, aku tidak ingat persisnya,kurasa Zahra khanum isyraqi juga hadir. Aku tidak tahu apakah orang lain hadir ataukah tidak. Sulit bagi kami untuk mendengarkan masalah ini, kami semua larut dalam kesedihan.

Khanum berkata : “Tidak, Agha! Insya Allah,engkau akan sembuh…’’

Imam Khomeini : “Tidak, aku tidak akan kembali. Namun, biarlah aku mengatakan hal ini kepada kalian, MENUJU ALAM BERIKUTNYA ADALAH SANGAT SULIT, menuju alam berikutnya adalah sangat sulit……’’

Fathimah Thabathaba’I berkata :”Agha,jika engkau katakana semua ini, maka kami akan sangat kehilangan harapan kami. Ini karena, sejauh yang ku tahu, walau aku masih muda, orang-orang yang telah bersama mu mengisahkan bahwa engkau tidak hanya telah melaksanakan segala amalan wajib,dan meninggalkan perbuatan-perbuatan terlarang. Engkau juga telah melaksanakan amalan-amalan sunnah dan bahkan tidak melakukan sebagian besar perbuatan-perbuatan makruh. Jika ini sungguh-sungguh sulit bagimu juga, lantas apa yang harus kami katakana?kami menjadi sangat putus asa…..’’

Imam Khomeini : “Tidak, kamu tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, putus asa itu sendiri merupakan dosa terbesar..namun, camkanlah ini dalam pikiran bahwa menuju alam berikutnya itu sangat sulit, aku tidak memiliki perbuatan baik apapun, sehingga dengan (perbuatan baik) itu aku seharusnya bisa bahagia.

(Qs Az Zumar : 53 ,Katakanlah : “wahai hamba hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka,janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.sesungguhnya Allah mengampuni dosa seluruhnya.sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi maha penyayang.” Qs Al Hijr : 56, tidak ada yang berputus asa dari rahmat tuhan Nya kecuali orang-orang yang sesat.”)

(Imam Ali as diberitakan pernah berkata kepada seseorang, yang telah ketakutan telah membuatnya putus asa,karena dosa dosanya yang sangat banyak,”Hai kawan!keputus asaanmu dari rahmat Allah lebih buruk dibandingkan dosa dosamu.” (Naraqi,jami’ as-Sa’adaat,jilid 1 halaman 247)

Fathimah Thabathaba’I :”Tapi Agha, kata-kata yang engkau ucapkan ini sangat sulit bagi kami untuk mencamkannya, karena jika seperti begitu,kami sangat ketakutan,cemas dan bingung….’’

Imam Khomeini :”Memang demikianlah! Jika Imam Sajjad as menangis dan berkata,’Oh Tuhan!Mungkin amalan amalan baik ku itu buruk, apakah aku memiliki suatu perbuatan yang dengannya aku dapat menjadi bahagia dan yakin?aku hanya mengharapkan rahmat Allah dan tidak ada perbuatan baikku yang dapat menjadi harapanku….,dan menuju Alam berikut itu sangat sulit,menuju alam berikut itu sangat sulit….’’

(ini juga menunjukkan apa yang Imam Husein as ucapkan dalam Doa Arafahnya yang terkenal. Imam Husein as berkata,”Yaa Allah! Orang yang amalan-amalan baiknya itu buruk,bagaimana bias amalan-amalan buruknya tidak buruk?” ) – (Syekh Abbas Qummi,mafatih Al Jinan,doa arafah oleh imam husein as)

(Rasulullah saw bersabda,”ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun dari kamu akan terselamatkan oleh perbuatannya,termasuk aku,kecuali jika Rahmat dan kasih saying Allah meliputi aku.” – Ray syahri,Mizanul Hikmah,edisi baru,jilid 3 halaman 2131)

Dokter tiba-tiba datang dan imam Khomeini berkata,”tiba waktunya untuk pergi.”

(Fashl_e shabr,riwayat hidup tentang hari-hari sakit dan kematian Imam Khomeini oleh tim dokter dan orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan Imam Khomeini,halaman 83-84)

(Dikutip dari buku berjudul “Napas sang pengasih” karya Abu Muhammad Zainal Abidin, halaman 208 – 209)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline