Lihat ke Halaman Asli

Haruskah Saya Pancasilais?

Diperbarui: 11 Maret 2023   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam KBBI kata Pancasilais diartikan sebagai penganut ideologi Pancasila yang baik dan setia. Merujuk dari arti kata ini apakah kita bisa menyebut diri kita Pancasilais karena kita semua adalah penganut ideologi Pancasila yang baik dan setia bukan? Atau ada seorang warga Indonesia bukan seorang Pancasilais? Namun sepertinya kata Pancasilais tidak bisa dipakai oleh semua warga negara Indonesia, karena masih ada kelompok ISIS di Indonesia, masih ada kasus-kasus pembunuhan, masih ada juga gerakan-gerakan separatis seperti OPM, Kasus korupsi juga masih merajalela dan bahkan masih banyak warga Indonesia yang susah untuk satu kali makan dalam satu hari (Atikarini 2018).

Di Indonesia sendiri sebenarnya Pancasila sudah tidak asing lagi karena dalam setiap upacara bendera selalu membacakan teks Pancasila, dalam setiap ruangan di sekolah pun terpajang teks Pancasila, apalagi Pancasila juga selalu menjadi mata pelajaran yang diajarkan dari Sekolah dasar hingga perguruan Tinggi (ADMIN, Sinergi Bangsa 2015). Hal ini dilakukan karena Pancasila adalah ideologi dan dasar negara kita(Aziz dan Rana 2020). Pancasila harus diwujudkan dalam tingkah laku kehidupan kita, Pancasila juga harus menjadi identitas kita bahkan nilai-nilai Pancasila harus selalu diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti pidato Bung Karno kala itu yang menegaskan bahwa Pancasila bukan dasarnya Indonesia merdeka. Pancasila merupakan philosofische grondslag yaitu pondasi, falsafah, pikiran, jiwa, dan hasrat yang sedalam-dalamnya sebagai dasar didirikannya bangunan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Tambahnya lagi menegaskan bahwa tidak ada satu pun weltanschauung (dasar negara) yang dapat menjadi realiteit (kenyataan) jikalau tanpa perjuangan (Ekosistemnya 2017, 34). Maka dari itu haruskan kita menjadi Pancasilais?

Haruskan menghafal Pancasila?

Dalam survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memaparkan bahwa 64,6% responden mengetahui semua sila Pancasila, lalu sebanyak 10,2% hanya bisa menyebutkan empat sila, 5,1% hanya dapat menyebutkan tiga sila, 3,9% hanya dapat menyebutkan dua dan satu sila. Mirisnya lagi masih ada 12,3% publik tidak bisa menyebutkan semua sila dengan benar (Wijayaatmaja 2022). Hasil dari survei ini sangat memprihatinkan tetapi kita bisa mengkritisi apakah dengan tidak bisa menghafal Pancasila menandakan tidak menghayati Pancasila? Karena buktinya ada juga orang yang hafal Pancasila tetapi tindakannya malah korupsi, membunuh, tidak peduli dengan sesama. Ini menjadi sebuah pertanyaan lagi haruskan kita menghafal Pancasila?

Saya sendiri berpendapat tidak harus menghafal Pancasila jika sudah dewasa tetapi kalau hafal lebih baik. Atau dengan kata lainnya jika masih anak-anak dan remaja maka mereka harus menghafal Pancasila. Mengada demikian? Karena dalam ilmu psikologi menjelaskan bahwa hal-hal yang dipelajari oleh seorang individu dan dilakukan secara berulang-ulang akan menanamkan kebiasaan (M. Miftah Arief 2022). Tugas menghafal Pancasila yang diulang-ulang selama masa pendidikan akan berbuah ketika dewasa nanti. Setidak-tidaknya dapat menghidupi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Misalnya ketika dewasa bisa menghargai keberagaman agama, budaya, suku, dan ras, terbuka pada pendapat orang lain, tidak korupsi, tidak egois, dan bahkan bisa mencintai dirinya sendiri. Namun ini perlu dikaji lebih dalam lagi karena pada kenyataannya tidak seperti ini.

Oleh karena itu hafal atau tidaknya butir-butir Pancasila bukan menjadi sebuah persoalan lagi (Ansori 2022). Karena yang penting ialah cara menghayatinya khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan yang sebenarnya perlu diperhatikan ialah data kasus korupsi di Indonesia yang mencapai 149 orang di sepanjang tahun 2022 (Harruma 2022), atau juga data angka kemiskinan di Indonesia yang mencapai 9.57% (Larasati 2023), ada lagi 25 kasus intoleransi sepanjang tahun 2022 (ADMIN, Imparsial Catat 25 Kasus Intoleransi Terjadi di Indonesia Sepanjang 2022 2022). Inilah yang harus dianalisis mengapa bisa terjadi hal demikian? Apa hanya karena tidak hafal Pancasila? Rasanya bukan itu saja. Mungkin ini terjadi karena tidak tahu bagaimana cara menghayatinya. Kalau begitu bagaimana caranya menghayatinya?

Menjadi Pancasilais

Pertama-tama mari kita uraikan arti Pancasilais. Dalam KBBI Pancasilais adalah orang yang menganut ideologi Pancasila dengan baik dan setia. Kata baik disini menandakan menghidupi ideologi Pancasila dengan teratur dan tidak jahat. Maksudnya ialah jangan sampai mengatasnamakan Pancasila demi keuntungan dirinya sendiri. Misalnya Untuk menghayati Ketuhanan yang Maha Esa saya harus radikal dalam beragama maka ketika ditilang Polisi karena memakai atribut keagamaan bukanya helm, ia marah-marah. Atau membela suatu perusahaan yang jelas-jelas meresahkan warga setempat dengan alasan demi keadilan sosial, "Yang kaya juga perlu dibela". Sedangkan kata setia menandakan bahwa kita harus berpegang teguh pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, karena Pancasila sendiri adalah ideologi yang terbuka(Supriyatno 2011, 164). Ideologi yang menurut A.Aco. Agus adalah ideologi yang tidak kaku dan tidak tertutup akan tetapi reformatif, dinamis dan terbuka. Ini mengartikan bahwa nilai-nilai Pancasila itu dapat bersatu dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan tertentu, agama tertentu, dan bahkan dapat bersatu dengan kepribadian kita masing-masing. Ini sudah banyak buktinya. Contohnya di era digital saat ini, Sila pertama dapat diterapkan dengan tidak memprovokasi atau menyebarkan berita hoax tentang agama tertentu. Kalau sila kedua dapat diterapkan dengan tidak mem-bully, mengomentari dengan hujatan konten seseorang/sekelompok. Sedangkan sila ketiga dapat diterapkan dengan mendukung karya-karya orang Indonesia dengan memberi like, menyebarkan karyanya atau mengomentari karya dengan pujian atau kritik yang membangun. Kalau sila keempat dapat diterapkan dengan menghargai pendapat -- pendapat orang lain di dalam media sosial. Terakhir, sila kelima dapat diterapkan dengan memberikan donasi-donasi online seperti kitabisa.com, membela ketidakadilan dengan narasi-narasi online, atau video-video istilah lainya ialah memviralkan bentuk-bentuk ketidakadilan.

Dengan kata lain Pancasila sebenarnya bisa diterapkan, dimaknai dan dihidupi oleh setiap elemen masyarakat. Menjadi seorang Pancasilais itu wajib bagi warga negara Indonesia karena Pancasila merupakan identitas kita. Dan rasanya sampai hari ini Pancasila merupakan sebuah ideologi yang paling pas untuk kita hidupi. Pertama karena dalam Pancasila memiliki spirit kemerdekaan dan kedua Pancasila bersifat menyempurnakan cara hidup kita. Pancasila juga bersifat sangat praktis untuk dihidupi, dan akhirnya Pancasila membawa kita untuk hidup dalam masyarakat secara baik dan benar. Bayangkan jika kita semua menghidupi nilai-nilai Pancasila mungkin tidak akan ada yang berani korupsi, membunuh, mem-buly, dan lain sebagainya bahkan mungkin Indonesia akan menjadi negara yang maju. Karena sebenarnya Pancasila dihidupi untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. Atau dengan kata lain jika Pancasila hilang maka eksistensi negara Indonesia pun hilang. Maka kita harus menjadi seorang Pancasilais.

Pancasilais yang kreatif

Tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena sosial globalisasi dan modernisasi mempengaruhi Pancasila(Perbawa 2021, 33).  Kemajuan teknologi membuat informasi semakin mudah didapat dan hal ini membuat Pancasila harus bersaing dengan banyak ideologi. Belum lagi dengan tawaran- tawaran kebudayaannya membuat Pancasila harus kerja keras mempertahankan eksistensinya. Apalagi generasi penerus bangsa yang sering dianggap anti sosial dan individual(Wahyuni et al. 2021, 9063). Namun bukan berarti Pancasila harus mengalah dan kalah. Pancasila dapat tetap eksis asalkan kita kreatif. Kita tidak cukup kalau hanya menjadi seorang Pancasilais karena sekarang Dunia menuntut kita kreatif. Maka kita harus menjadi seorang Pancasilais yang kreatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline