Proses dan/atau suatu keadaan di mana seorang manusia telah memperistrikan hantu di Manggarai disebut 'Wina Wa'.
Bisa disebut juga kedua mempelai itu telah menikah. Menikah, tentu saja dengan cara yang tak lazim. Bertolak dari hal itu, bolehlah mereka dianggap sebagai pasangan suami istri. Kendati, hubungan mereka tersebut dijalankan secara mistik, rahasia dan tidak diketahui oleh publik.
Sementara itu, sebutan untuk lelaki yang memperistrikan hantu adalah 'ata janto' (memiliki ilmu hitam, membahayakan). Dan lawannya adalah 'ata mbeko' (memanfaatkan ilmu untuk kebaikan).
Lalu, dari mana kita tahu bahwa seorang lelaki telah memperistrikan hantu/setan?
Nah, itulah tujuan dari adanya ata mbeko atau orang yang memiliki indra keenam di suatu kampung. Merekalah yang paling depan mendeteksi sekaligus membendung energi negatif yang dapat membahayakan warga sekampung.
Lebih lanjut, frasa wina wa (memperistrikan hantu) di sini sebenarnya adalah kata-kata kiasan untuk menggambarkan seseorang lelaki yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk setan/hantu perempuan.
Hantu perempuan yang dimaksud adalah kakar tana. Sebagaimana kakar tana adalah hantu perempuan berparas cantik jelita, bertubuh molek, mulus, putih, bermata sayu, dan montok.
Bila demikian, apa kira-kira motif seseorang lelaki menikahi hantu perempuan?
1. Simbiosis
Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Semisal, si hantu menuntut service seksual dari sang lelaki. Sementara, sang lelaki memanfaatkan kekuatan si hantu untuk meraih tujuan-tujuan duniawinya.