Lihat ke Halaman Asli

Gubuk Literasi SMAIS

Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Hujan di Sore Itu

Diperbarui: 5 Mei 2024   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulis: Kirana Ghavariella Qothrunnada 

Kelas: X 2B

-------------------------

Langit cukup murung di hari ini, menarik sang kelabu menandakan dirinya sedang tidak bersahabat untuk bertegur sapa dengan seluruh insan di bumi. Sapuan angin dingin yang lewat membuat Embun menggigil, ia lupa untuk membawa jaket. Toh tidak ada perkiraan akan datangnya hujan di awal bulan Februari yang pahit. Mengapa pahit?, baru saja kemarin sore sehabis pulang sekolah, Embun tidak sengaja menyaksikan adegan romansa seperti film Dilan 1990 saja, berboncengan  dan berpelukan di motor untuk pulang bersama. Namun, tokoh pemilik kisah manis itu bukan Embun sendiri. Melainkan Petra, sahabatnya, yang menjadi tokoh utama wanita, dan Kavin, orang yang menarik perhatian Embuan selama 3 tahun terakhir, yang menjadi tokoh utama pria. Seolah-olah tak ada hal yang salah sedikitpun pada hubungan mereka, riangnya mentari seolah mendukung mereka untuk menjadi sepasang kekasih untuk selamanya.

Memang benar kata orang, jangan terlalu percaya sama orang lain. Nyatanya sosok yang berlindung dibalik sahabat sendiri saja bisa menikung dari belakang. Ternyata seluruh curhatan Embun tentang Kavin, hanyalah omong kosong belaka bagi Petra. Karena nyatanya dan faktanya, mereka berdua sudah menjalin asmara diam -- diam dibalik semua warga sekolah. Mau marah pun tak ada gunanya, Embun bisa apa?. Sedari awalkan hubungan Embun dan Kavin hanya sebatas teman sekolah saja, bahkan rasanya tidak cocok untuk dikatakan hubungan, mungkin kata 'kenal' lebih menggambarkan kondisi ini.

Sepertinya tak ada yang berpihak pada Embun untuk saat ini, berjalan sendiri dibawah rintik hujan cukup menjadi hal yang mengenaskan. "Gila, kurang ngenes apa lagi gue, udah ditikung sahabat sendiri, gebetan yang jadian sama sahabat sendiri, kehujanan, mana ga ada yang mayungin lagi, keliatan jomblonya banget". Jalanan cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang melewatinya. Kebanyakan sih orang pacaran, biasa anak SMA yang lagi bucin -- bucinnya sama pacar. " Ga tau deh, apa jodoh gue lagi doain gue biar ngga ada pacar  gitu kali ya?, tapi ya ga gini juga kali, mending lo nongol sekarang kek", ucap Embun pada dirinya sendiri. Saat asik melamun, tiba -- tiba saja ada sandal berwarna biru yang melayang mengenai kepala Embun. "MONYET, APA -- APAAN", Embun berteriak. Dilihatnya ke atas, dan ada sepasang mata yang sedang melihatnya juga. Ternyata anak lelaki berhodie abu, sambil membawa sebuah daun yang cukup besar. "Maksud lo apa ya, asal lo tau sandal lo itu bikin kepala gue benjol", Embun menggerutu. Sudah cukup sial nasibnya, masa harus kena sial lagi. Cowok itu cuman menatap datar, tapi dia menyerahkan daun besar itu kepada Embun. "Nih buat kamu aja, kata Totoro cewek cantik nggak boleh kehujanan, nanti sakit", cowok itu senyum manis banget terus pergi hilang gitu aja sambil lari ala Naruto."Apasih wibu freakkk, tapi ganteng si, wajahnya adem banget Ya Allah kayak ubin Masjid, mana senyumnya mirip Wonwoo Seventeen lagi". Pertemuan sesaat antara Embun dengan cowok wibu itu aneh banget, tapi cukup manis untuk dikenang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline