Lihat ke Halaman Asli

Aku Pamit Be

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana cara aku bisa mempercayaimu lagi be?

Ada amarah yang tak mampu aku ungkapkan, yang tak mampu aku jabarkan, yang tak kuasa aku luapkan,,, bukan karena aku takut, namun karena aku sudah terlalu lelah..pada akhirnya aku pasrah... terserah saja dengan semua ketulusan yang sudah aku lakukan padamu. Hidupmu tak bisa lepas dari kebohongan, sebegitu mahalkah harga sebuah kejujuran untukmu? Sehingga harus aku bayar dengan airmata?

Selagi aku bisa bersabar, aku akan bersabar, selagi aku mampu diam aku akan diam, selagi aku mampu tahan, aku akan bertahan...

Aku coba memberikan kesempatan padamu untuk berubah, aku berfikir setiap manusia layak diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya, namun ini sudah kesempatan yang kesekian kali aku berikan padamu, tak sedikit pengorbanan untukmu.. tapi apa yang kamu lakukan ke aku be? Kamu tikam aku dari belakang, kamu pecundangi aku, kamu tipu aku,

Segitu tidak bermaknakah aku dimatamu?

Aku tak mampu melupakan semua kebohonganmu di belakangku be, terbayang bagaimana perempuan itu memajang capture-an percakapan manja mu,, bagaimana status bahagianya melewati malam bersamamu..dan aku si pecundang yang menerima dan percaya dengan semua kata-kata indahmu. Dimana nurani mu be?

Luka ini terlalu dalam kau toreh be, hingga aku sendiri tidak tau dengan cara apa aku mampu mengobatinya. Apakah sudah tiba waktunya untukku berhenti menyusun puzzle ini bersamamu?

“perlu teteh tau, dia kemaren tidur sama aku”

Itu selalu terngiang di telingaku be..tega kamu membohongi aku disaat aku memberi kesempatan padamu, disaat aku berjanji akan mendengar semua kata-katamu tanpa analisa yang biasa aku lakukan. Bagaimana mungkin kamu setega ini padaku be?

Apa salah aku pada masa lalu? Hingga kamu tega menyakiti aku seperti ini? Dimana nurani mu? Dimana hatimu? Inikah bentuk sayangmu?

“bun,, ayah nabrak orang, tadi pagi, orangnya minta ganti rugi bun...tolong bun, ayah ga tau lagi mau minta tolong ke siapa”

Aku mencoba mempercayai saat itu, meski hati kecil mendua, namun aku abaikan semua bisikan hati itu, aku percayai kamu be...

Tapi apa? Kenyataan nya kamu tidur sama dia,,, kamu tega be... kamu tau saat itu paniknya aku? Kamu tau seperti apa aku usahakan uang itu untukmu? Taukah kamuuu?

Kejam kamu be..

Tetap bertahan atau memilih pergi, dua hal yang sama-sama menyakitkan. Aku sadar be, aku ga bisa memaksa kamu untuk mencintai aku, untuk terus bersama aku, untuk terus menepati janji kamu, kamu nggak pernah bahagia bukan?

Jika kelak aku tak sempat berpamitan padamu, itu bukan karena aku membencimu be, aku hanya ingin cinta ini cinta yang wajar, cinta yang tanpa paksaan dalam bentuk apapun, jika kamu memang ingin mengikat sukmaku, jangan menyakiti ku be, jangan biarkan aku menangis lagi....

Aku sadar cinta yang tulus akan tersimpan dalam hati, dia tidak akan memaksa untuk memiliki. Aku tau jauh di hati kecil kamu, kamu orang yang baik be, laki-laki penyayang yang ingin membahagiakan keluargamu.. mungkin saat ini kamu belum menemukan cara terbaik untuk itu, tapi aku yakin kelak kamu akan berhasil sesuai inginmu....

#Ay...aku sudah tahu semua, dia sudah menceritakan detail semua ay, sangat terperinci, semua tentang inginmu padaku, semua yang kamu rencanakan dengan wanitamu, tak mengapa ay, jika itu membuatmu bahagia...setidaknya aku pernah merasakan cinta..#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline