Lihat ke Halaman Asli

Korupsi Rp300 Trilliun Hukum Hanya Bayar Rp5.000, Bagaimana Caranya?

Diperbarui: 22 September 2024   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus Toni Tamsil terkait perdagangan timah ilegal yang berulang kali merugikan negara sampai Rp 300 triliun telah menjadi sorotan masyarakat dan media. Ketika Toni Tamsil, pelaku dalam kejahatan yang secara langsung merampas sumber daya penting negara ini, hanya diberi hukuman 3 tahun penjara dan didenda Rp 5.000. Putusan ini sangat mengejutkan dan mengguncang kepercayaan publik terhadap sistem hukum di Indonesia.

Bagaimana mungkin kejahatan yang begitu besar, suatu hal yang sangat mendampakan perekonomian, dihukum dengan begitu ringan? Hukuman tiga tahun penjara dan denda simbolis sebesar Rp 5.000 jelas terasa menghina bangsa Indonesia. Yang lebih penting lagi, dari sudut pandang hukum, putusan ini menimbulkan pertanyaan mendasar. Apakah undang-undang di Indonesia benar-benar adil, atau hanya ditujukan kepada masyarakat yang tidak mempunyai kekuatan ekonomi atau politik?

Indonesia telah menyaksikan sejumlah kasus kejahatan ekonomi dan korupsi tingkat tinggi dalam beberapa tahun terakhir.. Sayangnya,hal yang sama selalu terjadi yaitu hukuman yang ringan dibandingkan dengan efek yang diberikan. Akibatnya, orang-orang yang terlibat dalam kejahatan kecil kerap dihukum berat tanpa ada belas kasihan. Perbedaan ini memperlihatkan adanya ketidakadilan sistemik yang sangat mendesak untuk segera diperbaiki.

Rp 300 triliun angka yang sangat besar. Apabila kerugian ini bisa digunakan dengan baik, maka negara bisa mendanai banyak hal seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan yang benar-benar dibutuhkan. Sektor timah, salah satu sumber utama pendapatan ekspor Indonesia, terperosok dalam korupsi akibat skandal tersebut. Oleh karena itu, kesalahan pengelolaan sumber daya alam semakin diperburuk oleh korupsi dan merampas masa depan masyarakat.

Dampak korupsi ini tidak hanya bersifat finansial. Hilangnya pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan dapat menghambat pembangunan dan mengentaskan kemiskinan. Jadi ketika kejadian sebesar ini dihukum sangat ringan, apa yang dikomunikasikan ke publik tidaklah baik.

Hukuman yang ringan menimbulkan kecurigaan kepada kekuatan besar yang berperan di balik putusan. Selain itu, masyarakat mencurigai adanya tekanan dari kekuatan ekonomi atau politik yang berusaha melindungi Toni Tamsil dari kejahatan besar.

Oleh sebab itu rakyat berhak mendapatkan keadilan yang setara, tanpa memandang status ekonomi atau kekuasaan. Jika kejahatan sebesar ini dihukum dengan ringan, maka keadilan seharusnya ada bagi masyarakat biasa.

Kasus ini harus menjadi momentum bagi pemerintah dan lembaga peradilan untuk melakukan reformasi, Ketika reformasi hukum terlaksana, kejahatan ekonomi besar dapat dihukum dengan setimpal. Agar tidak ada lagi ketidakadilan dan ketimpangan hukum, perlu dilakukan penegakan hukum yang kuat dan adil. Penegakan hukum yang kuat sangatlah penting tidak hanya untuk menghukum pelaku, tetapi juga untuk memulihkan kepercayaan publik.

Hukuman yang lebih berat, serta pengembalian kerugian negara, harusnya menjadi prioritas dalam kasus-kasus seperti ini. Pemerintah harusmemastikan bahwa uang yang telah diambil dikembalikan, Selain itu, hukum perlu lebih tegas dalam menghadapi kekuatan-kekuatan besar yang berusaha memengaruhi putusan pengadilan. Jika reformasi ini tidak dilakukan, maka hal hal tidak adil seperti ini akan tetap berlanjut.

Kasus Toni Tamsil bukan hanya soal pelanggaran hukum, tetapi juga tentang ketidakadilan yang begitu mencolok. Akibatnya , ini adalah refleksi dari tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memberantas kejahatan ekonomi dan korupsi. Agar kepercayaan publik kembali pulih, hukum harus tegak tanpa pandang bulu. Maka dari itu, kita harus menuntut perubahan nyata---bukan hanya janji---agar keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline