Beberapa hari ini terusik dengan pertanyaan yang sering muncul dalam pikiran yang muncul terus-menerus. Walaupun sudah disadari bahwa pertanyaan ini salah satu bentuk keragu-raguan dalam proses latihan meditasi.
Untuk apa sih kita repot-repot berlatih meditasi?
Mungkin pertanyaan ini juga sering muncul bagi pemula bahkan para yogi yang sedang melatih meditasi. Di mana selama ini kita tidak menyadari telah hanyut dalam pengembaraan pikiran yang tidak pernah usai. Datang silih berganti, muncul kemudian lenyap. Kebiasaan pikiran kita yang hanya mengejar hal-hal yang menyenangkan saja dan menolak segala sesuatu yang tidak menyenangkan.
Manusia adalah pewaris dari ketidakpuasan yang selalu hadir setiap saat. Kita tidak menyadari telah menghabiskan waktu hidup ini hanya untuk sekedar hidup. menghabiskan waktu hanya untuk memenuhi nafsu keinginan yang tidak pernah memuaskan. Kelihatannya kita sedang baik-baik saja, tetapi didalam lubuk hati yang paling dalam, pikiran kita pandai membuat alasan dan sangat mudah tersulut api kemarahan, kebencian, dan gejolak pikiran seperti dipenjara dalam diri sendiri.
inilah sesungguhnya sumber ketidakbahagiaan setiap manusia.
Selama ini banyak yang salah paham tentang pengertian dan praktek meditasi. Terkadang meditasi diartikan sebuah ritual mistis yang hanya dilakukan oleh orang tertentu. Meditasi dianggap hanya ritual agama tertentu. Bahkan ada yang menganggap meditasi hanya untuk mencari kesaktian, atau bahan candaan saja.
Tentu pandangan tersebut kurang tepat. meditasi lebih kepada pengembangan pikiran (citta bhavana) agar menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi problem kehidupan ini. Meningkatkan kualitas hidup ke arah yang lebih baik. untuk hidup menjadi bahagia yang dambaan setiap insan. Tentu hal ini tidak dengan mudah diperoleh begitu saja. Butuh proses dan latihan yang bertahap.
Melatih meditasi membutuhkan motivasi dalam diri (samvega) yang kuat. Butuh kekuatan dari dalam. Tersebab, meditasi bukan latihan fisik tetapi latihan mental yang tidak tampak. Latihan berdamai dengan diri sendiri. mengurangi perdebatan dengan pikiran sendiri. Mengamati pikiran yang suka mengembara daripada berdiam diri. Belajar menerima apa yang terjadi di dalam maupun diluar diri sendiri. belajar melihat kedalam dan mengenali diri.
Apakah ini berarti sikap egois dan apatis?
Tentu saja bukan, sebab meditasi adalah latihan pengembangan batin (bhavana) yang selama ini tertutup oleh nafsu keinginan kita sendiri.