Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Dua Bungkus Kacang Goreng Manado

Diperbarui: 27 Januari 2024   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Manado, 20 April 2014.

Menjelang hari paskah, semua gereja berhias diri. Mempercantik wajahnya dengan lampu neon berkelap-kelip, dan juga tanda salib nan agung. Begitu cantik dan gemilang.

Hujan gerimis tidak mengurangi keramaian di Jalan Boulevard. Ramai orang berlalu-lalang, membuat jalanan seakan-akan bergoyang ria menyambut lintasan keramaian manusia. Suara musik teralun merdu mengetarkan nuansa hati. Berasal dari mobil angkot yang melintasi keramaian, membuat suasana menjadi lebih hidup. Semilir angin dingin sepoi-sepoi dari Pantai Boulevard, melengkapi suasana khidmat di malam Paskah.

Di malam itu, si Hong berjalan kaki menyusuri daerah Golden Mart untuk menikmati suasana. Ada seorang anak muda yang Ahong perkirakan berusia 15 tahun. Ia berdiri tegak, tersenyum, sambil menawarkan kacang goreng dagangannya.

Tadinya si Hong lewat saja. Namun, baru berapa langkah Si Hong baru sadar bahwa si anak muda yang menawarkan kacang goreng itu ternyata adalah seorang tuna netra. Akhirnya, si Hong balik kembali membeli kacang goreng dua bungkus seharga dua ribu rupiah.

Si Anak Muda itu tersenyum dan berkata lirih, "Terima kasih, Pak."

Si Hong pun melanjutkan perjalanan ke toko buku yang berada di dekat sana. Di sana, si Hong tertarik dengan sebuah buku yang menurutnya bagus. Ada seuntai kata bijak yang tertulis di balik covernya, "Sucikan hati dan pikiran, berbuatlah sesuatu yang baik untuk orang lain, walaupun kecil."

Entah mengapa, kalimat itu begitu membekas di kepala si Hong. Sambil makan kacang goreng dalam perjalanan pulang ke hotel tempatnya menginap, langkahnya terhenti. Ia termenung sejenak. Dalam hati ia berkata, "Anak muda tadi hebat. Walaupun dia tidak bisa melihat, tapi mata hatinya terbuka lebar."

Dia bisa dijadikan panutan. Tidak menyerah kepada nasib, tidak menjadi pengemis, melainkan berjualan kacang untuk melanjutkan hidupnya. Sungguh mulia pekerjaan yang dia lakoni.

Tak terasa, sampailah si Hong di hotel tempatnya menginap. Si Hong duduk di lobby hotel sambil lanjut menikmati kacang goreng. Ternyata enak dan tidak ada kacang yang busuk!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline