Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Pattica Samuppada, Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan

Diperbarui: 5 November 2023   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Paticca Samuppada (gambar: shm.org, diolah pribadi)

Suatu hari, tanpa senagaja aku menonton sebuah konten Youtube. Tentang seekor monyet Bernama Kaka. Ia begitu lucu, menggemaskan, bermain-main dengan seorang bayi perempuan dari keluarga yang mengadopsinya. Kehidupan si monyet Kaka sangatlah menyenangkan, ia diperlakukan layaknya bayi dari orang yang memeliharanya. Semua kebutuhannya terpenuhi bahkan mungkin lebih.

Lain lagi dengan cerita dari monyet Zim. Dalam konten, ia selalu terlihat rakus. Tiada hentinya memasukkan makanan ke dalam mulutnya, walaupun pipinya sudah melembung. Aku sampai curiga, jangan-jangan monyet ini hanya diberi makan untuk keperluan konten saja. Sengaja dibuat lapar untuk dieksploitasi. Walaupun begitu, penampilannya selalu ceria setiap kali hadir bersama pemiliknya.

Selain si Kaka dan Zim, ada lagi konten tentang Yaya yang sering mengibas-ibaskan jemari tangannya sambil menyeringai. Sekilas, kelakuannya mengingatkanku saat aku masih duduk di bangku SD. Aku sering mengibas-ngibaskan tanganku untuk mengurangi rasa nyeri akibat punggung tanganku yang dipukul karena lupa gunting kuku. Apakah ia juga seperti itu? Entahlah.

Napas ini terasa semakin sesak setelah melihat sebuah channel lainnya yang  menampilkan empat ekor monyet lainnya yang dibully. Keempat makhluk malang itu disuruh berdiri berjajar, makanan ditaruh di hadapan mereka, tapi mereka dilarang untuk menyentuhnya. Aku bisa melihat mata monyet-monyet itu memancarkan kekosongan, ketakutan,  kesedihan yang memelas. Walaupun badan mereka dibungkus dengan pakaian lucu, tetapi itu tidak dapat menyembunyikan tubuh kurus di dalamnya.

Dan yang paling mengenaskan lagi adalah sebuah konten yang mempertontonkan induk monyet yang mengabaikan bayinya. Bukan hanya tidak peduli, tetapi terkadang ia bisa juga dengan ganas menyerang anak-anaknya sendiri. Ditapol, dicekik, bahkan dilempar, alih-alih disusui.

Betapa menyedihkan kehidupan seperti itu. Terlahir sebagai binatang saja sudah merupakan karma buruk apalagi kalau disertai dengan kekejaman-kekejaman yang diterimanya, baik secara alami ataupun karena ulah manusia. Mereka tidak dapat membela diri, hanya pasrah menerima karma buruk yang telah masak. Karma tercipta dari hasil perbuatan sendiri, ada sebab musababnya. Dan, semua itu terjadi bukan hanya di kehidupan Binatang, tapi hampir di kehidupan semua mahluk. Termasuk manusia. Semuanya saling berkaitan.

Lobba, dosa dan moha saling mendukung dalam menciptakan karma buruk dalam siklus kehidupan.

Di dalam ajaran Buddha, Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan ini disebut Paticca Samupadda yang secara sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut :

"Dengan adanya ini, maka terjadilah itu. Tanpa ada ini tidak akan terjadi itu."

Terlihat sederhana, tapi sebenarnya sangat mendalam dan perlu "KESADARAN " di setiap waktu untuk menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan. Semuanya dilakukan agar Hukum Sebab Akibat itu tidak menjerumuskan kita ke lembah empat alam sengsara, yaitu alam neraka, alam binatang, alam peta dan alam jin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline