Berkah sangat menarik dibahas karena merupakan "imbalan" pelaksanaan dhamma yang luar biasa. Maknanya mencakup mulai dari keberuntungan, kesaktian hingga mukzizat dalam hidup yang begitu tiada taranya hingga dari sutta kita ketahui menjadi incaran tidak hanya oleh manusia, tapi mahluk di alam lain termasuk para dewa.
Berbicara tentang berkah, umat Buddhis umumnya akan mengacu pada Mangala Sutta yang memang adalah jawaban Sang Buddha ketika ditanya apa berkah termulia dalam kehidupan. Bersama Karaniya Metta Sutta, Mangala Sutta ini memang selalu saya perkenalkan kepada umat buddhis yang butuh atau minta panduan yang lebih praktis dari ayat-ayat Dhammapada atau nasihat-nasihat lewat Dhammadesana dalam setiap puja bakti. Syair-syair di kedua sutta ini memang lugas nyaris seperti instruksi, menyentuh langsung hampir semua sendi-sendi kehidupan dan tak lekang oleh waktu relevansinya.
Tapi, kepraktisan itu bersyarat. Tanpa memenuhi syarat itu meski hapal "instruksi"-nya seseorang akan sulit konsisten menjalannya atau lebih gawat lagi bisa menjalankan kepraktisan itu dengan alasan yang salah.
Butuh keteguhan dan keberanian untuk meninggalkan orang-orang yang tidak bijaksana untuk berkumpul dengan yang bijaksana. Butuh kebersyukuran rasa terima kasih untuk mendukung orangtua dan bekerja dengan seriius. Butuh empati dan tanggung jawab untuk tergerak melakukan dana dan mendukung sanak saudara. Dan yang utama, butuh kejujuran yang sungguh jujur pada diri sendiri untuk bertekad melenyapkan penderitaan.
Keteguhan, keberanian, kebersyukuran, keber-terimakasih-an, empati, tanggung jawab, kemampuan untuk jujur pada diri sendiri. Itu semua bagian dari karakter kepribadian yang tidak dapat diajarkan. Itu semua bagian dari warisan kamma. Jadi sama seperti halnya ketrampilan (berhitung, olahraga atau berkesnian) orang butuh "bakat" spiritual untuk sukses menjalankan dhamma. Mungkin ini yang dimaksud dengan
"...memiliki kebajikan dimasa lampau..."
dalam Mangala Sutta atau yang sering disebut parami.
Tunggu... tunggu.... masak untuk mendapatkan berkah kita harus berberkah dulu ?
Iyah.
Sama dengan kenyataan dalam perjuangan kita melakukan kamma baik kita tidak lepas dari vipakka masa lampau, tidakkah untuk mendapatkan peluang berbuat baik yang lebih besar kita harus terlahir "baik" dulu? Misalnya terlahir jadi orang...