Berbicara soal "Berkah", pasti akan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Coba saja kamu tanyakan kepada beberapa orang, jawabannya pasti akan berbeda.
Paritta Manggala Sutta telah memerinci berkah utama secara detail, dan itu kujadikan pedoman hidupku walaupun belum keseluruhannya.
Berkah pertama dalam hidupku, berkat tumpukan karma baikku dikehidupan yang lalu, sehingga aku dapat terlahir sebagai manusia yang mempunyai orangtua nan bijaksana dan penuh metta, sehingga dapat dikatakan aku lahir di tempat yang sesuai untuk mengenal Buddha Dhamma sejak dini.
Walaupun itu hanya seujung kuku, tapi aku bersyukur karena aku mempunyai pelindung Tri Ratna, Buddha, Dhamma, dan Sangha yang selalu kujadikan pegangan dalam menjalani kehidupan keseharianku yang penuh romantika.
Berkah kedua, dari kedua orangtuaku aku mencontoh, menyerap perilaku sifat-sifat luhur beliau yang penuh empati dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan di sekelilingku. Aku pun mendapat kesempatan berbakti pada orangtua, telah kulakukan semasa hidup beliau walaupun tidak sempurna dan belum dapat dikatakan sepadan dalam membalas budi jasa-jasa beliau. Walaupun demikian, aku bersyukur karena memiliki kesempatan untuk merawat dan menyokong hidup kedua orangtuaku. Dan, sampai detik ini aku pun masih memiliki kesempatan untuk membantu, menyokong sanak keluargaku.
Berkah Ketiga, aku berusaha untuk hidup sesuai Dhamma, dengan cara bekerja jauh dari pertentangan dan tanpa cela, sehingga hasil yang kudapatkan untuk menyokong orangtua semasa hidupnya, sanak keluarga, dan terlebih lagi untuk berdana adalah uang halal.
Berkah Keempat, berdana setiap hari. Aku selalu mempunyai kesempatan menanam benih-benih karma baik di lahan yang subur, walaupun terkadang aku sering alpa juga, tetapi dari 365 hari dalam setahun, paling-paling absennya sekitar 75 hari saja. Lumayan kan pundi-pundi karma baikku terus bertambah setiap tahunnya. Karena aku sadar sesadarnya, hanya karma baiklah yang dapat kubawa pergi saat pindah alam nanti.
Berkah Kelima, jalan hidupku dapat dikatakan mulus, berlumuran madu, dengan ketrampilan, dan sedikit pengetahuan, aku dapat mengatasi semua masalahku dengan mudah. Aku selalu dapat menemukan cara yang tepat untuk menyelesailan semua problema hidupku.
Berkah Keenam, walaupun aku slegehan dan jutek abis, tapi aku masih mempunyai teman-teman yang baik, yang dapat kujadikan tempat curhat disaat aku galau. Tapi, kenyataannya lebih sering aku yang menjadi tempat mereka curhat. Ha... Ha... Ha.... Tidak mengapa, selama aku dapat memberikan solusi, dan membuat orang senang, mengapa tidak?
Berkah Ketujuh, walaupun aku punya segudang penyakit, yang sering membuat para medis kebingungan, tapi pikiranku tak pernah dihinggapi oleh ketakutan yang berlebih. Bagiku hidup di dunia ini hanya sekali, jadi harus dinikmati. Walaupun gula darahku sudah menyentuh angka lima ratus, tapi aku belum berniat untuk berpantang, kecuali pantang menyerah. Makanya sakitnya kuobati, kalaupun harus mati, aku sudah puas menikmati hidup ini dan jasadku tinggal di kremasi, andaikan belum ketemu jalan untuk menjadi silent mentor.