Ini adalah kisah nyata yang dialami oleh kakak laki laki dari ayahku yang biasa ku panggil pakde Purwadi atau pakde Pur. Ia adalah seorang guru agama buddha dan aku adalah keponakan sekaligus muridnya saat sekolah dulu.
Seperti biasa Saat itu di hari minggu, kami menghadiri sekolah minggu bersama pakde Pur. Dan, kebetulan materi saat itu adalah menghafal dan membaca parita suci. Kegiatan menghafal dan membaca parita suci adalah hal yang sangat membosankan bagiku dan teman teman lain. Yang kami pikirkan hanyalah bermain-main saja.
Sepertinya pakde Pur pun mengerti akan keributan dan kebosanan kami. sehingga untuk membuat suasana lebih menyenangkan, ia pun menceritakan kisah dan pengalamanya yang membuat kami semangat dalam membaca parita di kemudian hari.
Suasana mulai hening dan pakde pun memulai ceritanya.
Kejadian ini terjadi pada tahun 1989. Kala itu pakde Pur memimpin rombongan Pemuda Buddhayana Indonesia yang merupakan gabungan dari beberapa vihara di kepulauan Riau untuk menghadiri sarasehan se-Indonesia di Bandar Lampung.
Pakde Pur dan rombongannya pun berangkat menaiki kapal dan singgah di pulau-pulau lainya untuk menjemput rombongan pemuda dari vihara yang ada di pulau tersebut.
Yah, pada masa itu memang transportasi lautlah yang menjadi pilihan utama untuk bepergian ke Kepulauan Riau. Itu karena letak geografisnya yang memang terdiri dari pulau-pulau kecil yang dipisahkan oleh lautan luas.
Sebelum berangkat, pakde mengajak rombongannya untuk melakukan puja bakti singkat di vihara. Mereka pun melaksanakan puja bakti avalokitesvara dan membaca parita pattumodana.
Meskipun singkat mereka melaksanakan puja bakti itu dengan khusyuk dan bersungguh-sungguh. Begitu pula saat sampai di vihara lainya, pakde Pur seperti tak bosan-bosannya mengingatkan dan mengajak para rombongan untuk selalu melaksanakan puja bakti singkat.
Setelah semua rombongan dari berbagai daerah telah berkumpul, mereka pun melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung. Obrolan-obrolan ceria sambil menikmati perjalanan di dalam kapal pun mereka nikmati dengan gembira. Meskipun ada beberapa di antara mereka yang mabuk lautan. Namun, semua itu terbayarkan dengan panorama indah yang membentang dalam perjalanan.