Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Genggaman Erat Itu pun Akan Terlepas Jua

Diperbarui: 11 April 2023   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Genggaman Erat Itu Pun Akan Terlepas Jua (gambar: archtoronto.org, diolah pribadi)

Lama aku terbelenggu, menuntut  diri lepas untuk mencari hubungan sejati tanpa embel-embel. Seperti terlihat jelas dari foto yang aku jadikan latar belakang tulisan ini .

Melihat genggaman erat digambar itu, menimbulkan keinginan kuatku untuk kembali menulis. Mencurahkan sesuatu yang terbelenggu di dalam pikiranku. Aku menghabiskan banyak waktu terbuang percuma hanya untuk mencari jawaban dari kekosongan yang aku rasakan. Ternyata aku tersadarkan semua kekosongan itu adanya didalam, bukan diluar diri. Dan perlu aku kupas tuntas perlahan tapi pasti.

Ada kenangan pahit yang terkubur di dalam batin ini, menggerogoti kebahagiaan. Tumbuh bagaikan akar kanker yang terus menjalar dan menghancurkan organ tubun. Tanpa sadar, aku pupuk terus dan pelihara dengan subur. Hanya sedikit usaha untuk mencegahnya bertumbuh. Aku lupa bersyukur dan menghargai kenangan manis  serta semua keberadaanku.  

Jauh didalam lubuk hatiku aku masih menyimpan kenangan pahit yang kudapatkan dari seorang yang harusnya menjadi orang yang aku hormati, role modelku. Aku berjuang keras untuk menjadi yang terbaik hanya untuk mendapatkan sedikit perhatiannya. Semua itu hanya tinggal harapan. Orang yang aku hormati itu masih bergeming dari kebekuannya. Seperti batu karang.  Aku bertumbuh dan terus berlari, berharap di suatu saat nanti mendapatkan sesuatu untuk menutupi ruang kosong itu. Sesuatu yang aku defenisikan sebagai "Genggaman Erat."

Lelah mencari, berjuang, akhirnya kutemukanlah genggaman erat itu. Dari seorang pria idamanku. Pasangan hidupku. Walau pun di awal kehidupan bersama, genggaman itu terkadang masih longgar oleh ego pasangan muda. Namun, aku tersadarkan. Itu hanya sesaat. Kami bisa saling menutupi dan memahami dengan adanya rasa cinta dan kasih yang mendalam. Sangat berbeda dengan pengalamanku yang lalu, datar tanpa tuntutan, dan tanpa rasa.

Aku tumbuh dan terus berkembang dengan genggaman erat suamiku yang selalu mengikuti kemana aku pergi. Aku menjadi orang yang bahagia, kuat, dan tangguh menghadapi hiruk pikuknya kehidupan. Sampai aku lupa dengan kata "Anicca" (selalu berubah).

Aku terlena dan terus membuat ide untuk mencari, dan mengejar kebahagiaan. Pada saatnya nanti, jika aku dan suamiku sudah lelah bekerja. Semua rencana jangka panjang itu hanya terpaku ke masa depan. Sehingga kami, terutama aku lupa untuk berada serta menikmati momen "saat ini dan sekarang."

Ketidakkekalan, perubahan yang sangat besar muncul di saat aku sedang   berlari menikmati dan memupuk kebahagiaan sementara. Dan, aku jatuh terjerembab saat genggaman yang sangat erat itu tiba-tiba terlepas secara mendadak.  

Aku tidak siap, terjatuh. Duniaku serasa hancur seketika. Aku bahkan tidak merasa jika tidak ada lagi harapan yang tersisa dalam hidupku. Aku yakin tidak akan pernah bisa keluar dari keterpurukan ini.

Aku tenggelam dalam kesedihan. Aku kehilangan. Genggaman erat suamiku akan segera lenyap. Dan, aku benar-benar tidak siap. Segala macam cara telah aku tempuh untuk mencari kebahagiaan. Di luar sana. Di luar diri. Tapi, yang kudapatkan hanyalah kebahagiaan semu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline