Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Meditasi Metta kepada Orang yang Dibenci

Diperbarui: 7 April 2023   05:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meditasi Metta ke Orang yang Dibenci (gambar: calmsage.com, diolah pribadi)

Penulis sering mendapat pertanyaan dari teman-teman yang berminat mengikuti meditasi, salah satunya mengenai meditasi metta (cinta kasih). Sebab teman-teman mengetahui kalau penulis sedang belajar bermeditasi. Oleh karena itu penulis mencoba membagikan pengalaman pribadi dengan harapan semoga tulisan ini bermanfat buat pembaca.

Langkah awal harus membayangkan perasaan cinta kasih dulu, dan hal ini tidaklah sulit. Sebab penulis adalah seorang ibu. Dengan membayangkan buah hatinya saja, metta langsung muncul.

Setelah itu memancarkan cinta kasih kepada diri sendiri, tentunya harus mempunya cinta kasih ke diri sendiri dulu, baru ada cinta kasih buat dibagi. Kalau sendiri saja tidak mencintai diri sendiri, bagaimana Anda bisa mencintai orang lain? Itu kira-kira opini penulis sendiri.

Setelah metta ke diri sendiri sudah kuat , barulah memancarkan ke orang yang kita hormati, dalam hal ini bisa ke guru kita. Usahakan memancarkan metta bukan ke lawan jenis.

Sudah kuat metta ke orang yang kita hormati, barulah  ke orang yang kita cintai dan kasihi. Tentu di sini tidak terlalu sulit.

Langkah selanjutnya ke orang netral. Disini kesulitan mulai muncul. Bagaimana bisa memancarkan metta ke orang yang bahkan kita kurang kenal (netral). Tetapi dengan menguatkan metta ke orang yang kita kasihi, ternyata semuanya mungkin.

Langkah yang paling sulit adalah memancarkan metta ke orang yang dibenci. Saat memancarkannya, rasa metta itu bisa hilang begitu saja.  Ada penolakan dari batin untuk memancarkannya.

Berulang kali penulis mencoba, sampai merenungi mengapa rasa benci ini begitu besar? Apakah penyebabnya?

Ternyata setelah diselidiki, ada luka lama yang belum sembuh, penulis belum bisa memaafkan seseorang yang telah memperlakukannya dengan seenaknya.

Rasa benci, rasa sakit, rasa marah, masih utuh tertinggal di dalam batin meski dalam keseharian baik-baik saja.  Kalau ketemu orang ini, penulis bisa seperti biasa, dan berpikir sudah memaafkannya. Ternyata batinnya berkata belum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline