Ini kisah tentang sepasang suami istri. Pasangan muda dari keluarga menengah ke atas. Mereka adalah teman sekolah yang tumbuh bersama. Si suami pintar, tinggi, gagah, tegas, dan dominan. Si isteri langsing, semampai, cantik, pintar, dan lembut. Mereka tinggal di sebuah kompleks perumahan elit, di sebuah kota metropolitan.
Pada awal usia perkawinan, hubungan mereka berjalan dengan baik, sebagaimana pasangan pengantin baru pada umumnya. Hari demi hari berjalan sesuai dengan apa yang mereka dambakan.
Hingga suatu malam, si suami pulang ke rumah dengan muka masam. Si isteri yang menyadari perubahan sikap suaminya itu tetap berusaha melayaninya dengan lembut. Berbagai macam usaha ia lakukan dengan semaksimal mungkin. Semua ia laksanakan agar perasaan suaminya kembali baik. Namun, sebaik apa pun usaha yang ia lakukan, tetap saja, mood suaminya masih belum jua berubah. Alhasil, makan malam pun terasa hambar dan kaku. Suasana yang seharusnya hangat terasa dingin.
Syahdan, insiden kecil itu pun terjadi. Si Isteri yang canggung tanpa sengaja menjatuhkan gelas ke lantai. Pecah berantakan. Sontak kekesalan suaminya pun memuncak. Si isteri dibentak dengan kata-kata kasar yang tidak pantas. Malam berlalu dengan suasana yang mencekam.
Setelah kemarahannya reda, si suami akhirnya sadar akan sikapnya yang kurang pantas. Beberapa hari setelahnya, ia pun merencanakan sebuah kejutan bagi isterinya. Makan malam romantis di sebuah restoran mewah, hadiah berupa seikat bunga nan indah, dan permintaan maaf atas perilakunya.
Bagi sang isteri, momen tersebut adalah hal yang paling indah bersama suami tercinta. Hari-hari kembali berjalan manis sesuai harapan pasangan suami-isteri itu.
Namun, benar kata orang. Tidak ada yang abadi di dunia ini.
Beberapa bulan kemudian, peristiwa yang sama terjadi lagi. Si suami kembali berulah dengan membawa masalah kantor ke dalam rumah tangganya. Kali ini, si suami sudah bertindak jauh. Bukan hanya makian dan cacian, tetapi juga dengan tambahan aksi KDRT.
Hancur, remuk, redam perasaan sang isteri menerima perlakuan yang sama untuk kedua kalinya. Namun, ia tetap mencoba berlapang dada, menerima kejadian yang telah dia alami, sembari berharap agar suaminya bisa berubah. Kembali menjadi baik dan mencintai dirinya sepenuh hati.
Dan, si suami kembal tersadar.