Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Berkah, Pantangan, dan Nujum pada Festival Dong zi, 22 Desember

Diperbarui: 22 Desember 2022   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkah, Pantangan, dan Nujum pada Festival Dong zi 22 Desember (gambar: tsubomihouse.com, diolah pribadi)

Ritual atau sembahyang Kue Onde diadakan setiap tanggal 21 atau 22 Desember. Festival ini biasa juga disebut dengan "Tang Tjie" (Dong zi) yang  berarti: Musim Dingin Tiba, sebagaimana tradisi dari negara asal muasalnya, negeri Tiongkok.

Masyarakat etnis Tionghoa Indonesia masih mempertahankan tradisi ini. Dilakukan secara sederhana di rumah, saling mengantar kue onde dan bersilaturahmi antara keluarga dan teman-teman.

Adapun bahank kue onde adalah tepun beras ketang yang dipulung, diisi dengan kacang tanah dicampur coklat. Warnanya beraneka rupa. Selain putih, juga merah, hijau, jingga, dan kuning.

Mengingatkan diriku akan kreasi yang menyerupai panji Buddhis: Biru (perlambang Bhakti), Kuning (perlambang Bijaksana), merah (perlambang Cinta kasih), putih (perlambang Suci), jingga/Orange (perlambang Semangat).  

Kue Onde bundar bentuknya. Bukannya tanpa sebab. Melambangkan semesta, ungkapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, Para Buddha, Bodhisattva dan Para Dewa serta bagi Leluhur yang telah tiada.

Bundar juga mengartikan kesempurnaan. Menadakan segala usaha yang dilakukan oleh umat manusia akan lancar dan baik adanya. Beberapa tradisi bahkan bertindak lebih jauh lagi. Beberapa kue onde ditempel di depan rumah, layaknya jimat keberuntungan. Namun, tidak semua keluarga yang masih mempertahankan tradisi ini. 

Selain itu, ada juga pantangan. Jika di dalam keluarga, ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia belum setahun, maka mereka tidak diperbolehkan membuat kue onde. Hanya dapat menerima saja.

Ada kepercayaan kuno yang menyertainya. Tapi, tentu saja ini tidak lebih dari takhyul semata. Konon jika si keluarga bersikeras membuat onde, maka anggota keluarga yang meninggal tersebut, matanya bisa lengket.

Tradisi berlanjut ke tata cara memakan kue onde. Jumlah kue onde yang dimakan bisa berdasarkan usia plus satu. Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana jika usia saya 60 tahun, apakah saya harus memakan 60+1?

Untungnya, hal ini bukanlah merupakan keharusan. Hehehe

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline