Manusia yang memiliki kondisi batin positif dengan karakteristik berpandangan benar, berprilaku benar, penuh perhatian, hati-hati, tenang, tidak iri hati, tidak dengki, tidak egois, mempunyai pemahaman, kepercayaan, kesanggupan menyesuaikan diri, kecakapan dan kejujuran.
Manusia yang memiliki kondisi batin positif dapat menyesuaikan diri terhadap segala kondisi kehidupan. Manusia yang memiliki kondisi batin iri hati mengakibatkan penderitaan di kehidupan sekarang dan kehidupan mendatang. Penderitaan sebagai hasil dari memiliki iri hati.
Kondisi batin yang negatif seperti iri hati, egois, dengki dan cemburu adalah kondisi batin yang mendorong pada kehidupan menderita dan kelahiran kembali di alam menderita setelah kematian.
Persaingan ketat untuk dapat mempertahankan hidup antara sesama manusia menyebabkan munculnya konflik dalam diri masing-masing manusia. Persaingan tidak seimbang dapat mendorong munculnya iri hati, ketika mengetahui keberuntungan orang lain lebih besar dibandingkan keberuntungan diri sendiri.
Iri hati dalam agama Buddha mengacu pada kurangnya penghargaan atau tidak mempunyai perasaan lega terhadap keberuntungan hidup orang lain. Iri hati berarti suatu sikap yang mencari kesalahan orang lain.
Iri hati merupakan salah satu bagian dari noda batin halus Manusia yang memiliki iri hati cenderung mencari kesalahan orang lain. Keberuntungan orang lain dijadikan alasan atas kurangnya keberuntungan diri sendiri.
Pelaksanaan Brahma Vihara terhdap penanggulangan sifat iri hati melalui pengembangan Metta (Cinta Kasih) Karuna (Belas Kasihan) simpatik (mudita). mengatasi iri hati adalah melalui pengembangan pikiran benar (samma sankappa) dan melalui simpatik (mudita). Mengaktualisasi diri untuk mengatasi iri hati yaitu melalui pengembangan pikiran benar (samma sankappa), pengembangan simpati (mudita), memahami akibat dari memiliki iri hati dan memahami kondisi batin yang bebas dari iri hati.
**
Palangka Raya, 23 November 2022
Penulis: Supriyono, S.Ag, Kompasianer Mettasik
Penyuluh dan Pelaku Perkebunan Sawit