Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Aku Tersadar, Betapa Bodohnya Diri Ini

Diperbarui: 20 November 2022   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Tersadar, Betapa Bodohnya Diri Ini (gambar: kark.com, diolah pribadi)

Kutatap lembayung senja nan merah merona
Cantik, namun ada gamang disana
Semilir angin membuatku sejenak terlena
Menebar sepi dalam indahnya pesona

Waktu berlalu begitu singkat tanpa aba-aba
Merasa kecewa karena tersia-sia
Ada sepotong rindu terselip di dada
Membuat resah selalu menghantui jiwa

Kurenungi hari-hari yang telah pergi
Dalam gundah-gulana penuh ironi
Seribu harap meniti tanpa henti
Namun kerikil-kerikil tajam menghujam mimpi tak bertepi

Kupandangi diriku dicermin ...
Tampak sendu dan kusam seperti kurang vitamin
Kucoba tersenyum dalam batin
Namun terasa beku dan dingin

Kemanakah hangatnya cinta kasih yang selama ini menghuni jiwa ?
Kucoba tertawa dalam hati yang penuh luka
Menangis pun sudah tak ada lagi air mata yang tersisa
Kuendus dukaku dalam suka

Aku tersadar betapa bodohnya diri ini
Mengapa harus memikirkan yang telah pergi, dan ....
Mengharap yang belum pasti
Padahal hidup dimasa kini begitu berarti

Akan kulalui hari-hariku dengan wajah berseri
Kutebarlah kasih dari dalam lubuk hati
Kan kunikmatil sisa hidupku dengan penuh arti
Kubuang jauh-jauh sikap iri dan dengki

Hati, pikiran dan jiwaku tak pernah berhenti
Untuk mengulang mantra sakti nan abadi

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

**

Jakarta, 20 November 2022
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik

Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline