Bisa mendefinisikan kebencian? Itu adalah perasaan tidak suka, tidak menyenangi. Jika mau ditambahkan lagi, kebencian bisa menimbulkan rasa muak, senggol dikit bacok, dan perasaan tidak enak yang sebisanya dihindari.
Bisa mendefinisikan keserakahan? Itu adalah keinginan untuk memiliki lebih dari yang sudah dimiliki, bahkan jika sudah menjadi milik orang lain. Bisa juga berarti tidak merasa puas dengan kondisi saat ini sehingga selalu ingin lebih tanpa mempertimbangkan kemampuan atau kenyataan.
Nah, kedua defenisi ini ada bahasa Pali-nya. Yakni Dosa (untuk kebencian) dan Lobha (untuk keserakahan). Kedua istilah ini adalah bagian dari Tiga Akar Kejahatan (Ti-Akusalamula) dalam filsafat Buddhisme.
Lalu, satunya di mana?
Ini yang akan saya bahas tersendiri. Faktor ketiga dari Tiga Akar Kejahatan disebut dengan Moha. Terjemahannya adalah Kebodohan Batin.
Mengapa saya membahas Moha secara khusus? Bukannya mengecilkan pemahaman saya terhadap dosa dan lobha. Tapi, sejujurnya dari ke-Tiga Akar Kejahatan, saya masih sering bingung dengan istilah Moha.
Dalam KBBI, bodoh disebut sebagai tidak cepat mengerti, tidak mudah mengetahui, atau tidak dapat [melakukan, mengerjakan, menyelesaikan, dsb]. Sementara Kebodohan didefenisikan sebagai sifat-sifat bodoh plus kesalahan dan kekeliruan.
Nah, jika Moha memiliki pemahaman yang sama dengan bodoh sebagaimana yang kita ketahui, maka hanya orang yang beritelegensi tinggi saja yang bisa menghindari akar kejahatan? Bukankah demikian?
[Setidaknya itu adalah awal pemahamanku terhadap istilah Moha]
Nyatanya, memang diriku salah.
Dalam berbagai literatur Buddhisme, disebutkan jika istilah Kebodohan dari Moha bukanlah kebodohan sebagaimana defenisi umum, tetapi bodoh batinnya.