Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Menjadi Mahir dalam Mengembangkan Potensi Diri

Diperbarui: 15 Oktober 2022   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi Mahir dalam Mengembangkan Potensi Diri (gambar: myventurepad.com, diolah pribadi) 

Semakin pesatnya perkembangan dunia, seakan menuntut kita untuk bisa mengikuti arus tersebut. Akan tetapi, orang bijaksana akan mampu memilah-milah yang semestinya sesuai untuknya. Yang paling penting adalah bukan bagaimana seseorang selalu up to date, melainkan harus adanya upaya untuk selalu mengembangkan potensi diri, sesuai dengan pilihan hidupnya. Dalam ungkapan lain, berkembang itu patut tetapi tidak identik dengan fear of missing out.

Pengembangan potensi diri ini harus dimulai dengan memahami dulu tujuan hidup, sehingga tidak menjadi kebingungan dalam memilih jalan. Bagaimana caranya agar kita bisa mengerti apakah tujuan hidup kita? Langkah awal adalah jujur kepada diri sendiri.

Karena, sesuatu yang tidak didasari dengan kejujuran menghasilkan diskrepansi antara pemikiran, ucapan, dan perbuatan. Inilah yang menyebabkan seseorang tidak berkembang. Setelah mengetahui tujuan, kita dapat mengembangkan keempat hal demi sebuah kemahiran, yakni: keberpuasan, kegigihan, ketekunan, dan penimbangan ulang.

Keberpuasan

Secara umum, memiliki pekerjaan sesuai passion memang menyenangkan. Akan tetapi, tidak selalu seseorang mendapatkan profesi sesuai dengan yang diinginkan. Apa pun yang dikerjakan harus didasari dengan yakin bahwa hal tersebut membawa kepada hal-hal baik. Keyakinan tersebut akan membuat seseorang berpuas dalam mengerjakan yang sepatutnya dikerjakan.

Selain itu, seseorang juga harus berani untuk keluar dari zona nyaman. Kenyamanan sesungguhnya juga merupakan perihal yang tidak tetap, sukar bertahan, tidak bisa digenggam. Keluar dari zona nyaman berarti melepas segala kemelekatan akan hal-hal yang diasumsikan membuat nyaman. Dengan demikian, berarti bisa menanggalkan keserakahan yang bersumber dari pandangan keliru menganggap sebagai milik. Sehingga, seseorang bisa mudah untuk berpuas dalam mengerjakan apa pun. Keberpuasan ini juga yang memunculkan kegigihan.

Kegigihan

Kegigihan atau semangat adalah upaya untuk memunculkan kualitas cekatan yang sesuai dengan tujuan. Sebaliknya, hal-hal tidak cekatan yang dapat menghambat proses kerja dihilangkan. Apakah kualitas cekatan di sini? Beberapa di antaranya adalah integritas, sikap menghargai pihak yang lainnya, serta hal-hal lainnya yang membawa manfaat bagi diri sendiri juga pihak yang lainnya. Dengan demikian, segala hal yang tidak membawa manfaat atau berat sebelah adalah hal yang tidak cekatan.

Ketekunan

Seseorang yang mengerjakan sesuatu dengan tekun berarti memiliki ketabahan alias sabar dan bisa mengerti bahwa ada proses dalam meraih tujuan. Ketika seseorang menghargai proses tersebut, ia bisa memunculkan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Lebih lanjut, seseorang yang tekun akan lengang dari segala perintang karena telah melampaui segala yang menghalanginya mencapai tujuan. Terkhusus kepada hal-hal yang berada di dalam dirinya sendiri, seperti sifat kemaruk, ingin menyakiti atau menjatuhkan yang lain, malas, cemas berlebihan, dan ragu-ragu. Lima hal tersebut adalah rintangan yang telah diredam oleh mereka yang tekun.

Penimbangan Ulang

Setelah kita berupaya sedemikian rupa, penting juga untuk menilik kembali sekiranya ada hal-hal yang perlu dikoreksi. Kita harus bisa terbuka pada diri sendiri untuk melihat apa saja hal yang perlu kita kembangkan atau kesampingkan. Terkadang juga kita membutuhkan masukan pihak yang lain, walaupun tidak semua suara perlu kita dengarkan. Penimbangan ulang inilah yang disebut dengan kebijaksanaan.

Dengan kita mengembangkan keempat hal tersebut, potensi diri pun berkembang. Pastinya setiap kita melakukan segala hal, harus disertai dengan kebahagiaan dalam hati, pengetahuan, dan mengulangnya sesering mungkin hingga mahir dan tidak perlu dorongan dari pihak yang lainnya.

**

Jakarta, 15 Oktober 2022
Penulis: Bhikkhu A.S.K. Thitasaddho, Kompasianer Mettasik

Praktisi Dhammavinaya

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline