Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Puisi: Merenungi Kematian Sendiri

Diperbarui: 7 Oktober 2022   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi: Merenungi Kematian Sendiri (gambar: npr.org, diolah pribadi)

Kehidupan manusia sangat singkat.
Kematian akan datang kapan saja.
Apakah ada yang bisa menghindarinya?
Tidak mungkin menghindari datangnya kematian.

Terkadang banyak yang masih lalai.
Termasuk saya masih sangat lunglai.
Belum merenungkan dan menyadari sepenuhnya.
Karena berpikir Kematian masih belum tiba.

Siapa yang dapat membantu saya setelah kematian?
Hanya perbuatan saya sendiri.
Karena saya lahir dari perbuatan saya sendiri.
Terlindungi oleh perbuatan saya sendiri.

Hal yang patut saya renungkan.
Membuat saya tersadarkan.
Kehidupan saya sangat singkat.
Saya harus segera menjadi lebih baik.

Saya akan menjadi lebih baik dari diri saya sebelumnya.
Itulah tekad yang saya lontarkan dalam benak saya.
Saya bersyukur menjadi diri saya sekarang.
Dan ke depan saya juga harus bersyukur.

Bersyukur saja tidak cukup.
Tapi dengan pikiran, ucapan, dan perbuatan baik.
Yang dapat membantu saya untuk terbebas.
Terbebas dari Samsara.

Saya merasa Bahagia sebelum melakukan kebajikan.
Saya merasa Bahagia saat melakukan kebajikan.
Saya merasa Bahagia setelah melakukan kebajikan.
Saya merasa Bahagia mengenang perbuatan baik itu.

Inilah yang membuat saya bersemangat.
Bersemangat agar lebih Bahagia lagi.
Terus Bahagia sampai akhirnya.
Karena saya tahu kematian itu pasti.

**

Jakarta, 07 Oktober 2022
Penulis: Yuliana, Kompasianer Mettasik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline