Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Apakah Anda Benar-benar Tahu?

Diperbarui: 2 Oktober 2022   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Anda Benar-Benar Tahu? (gambar: accuweather.com, diolah pribadi)

Apakah Anda benar-benar tahu?  Sebuah pertanyaan yang menohok, terasa seperti menelanjangiku. Padahal pertanyaan itu diajukan kepada seluruh peserta retret meditasi di Maribaya, yang berada persis di kaki gunung Tangkuban Perahu nan sejuk, di utara kota Bandung, tepatnya empat tahun yang lalu.

Sepulang retret saya terus merenungkan pertanyaan itu. Setiap malam saya mengevaluasi kembali apa yang saya ketahui hari itu. Jujur saja untuk kurun waktu lama saya bahkan tidak memahami makna yang tersirat dari pertanyaan yang menyelidik ini.

Tetapi dari pengalaman, inilah yang akhirnya saya pahami: Kalau kita benar-benar mengetahui sesuatu, maka apa yang kita ketahui itu akan merubah kita.

Misalnya, seorang yang kikir. Setelah mengetahui segudang manfaat dari berdana, mulai merubah diri. Ia belajar untuk mulai melepas segala yang ia anggap sebagai miliknya, mulai dengan memberi hal-hal kecil dan sederhana, hingga akhirnya mampu benar-benar tulus memberi dalam arti yang sesungguhnya.

Sepanjang proses ini banyak hal terjadi, sifat kikir berangsur hilang, ketidakpedulian berubah menjadi simpati, hingga terbit rasa cinta dan belas kasih. Kekikiran bertransformasi menjadi kedermawanan.

Begitu pula dengan kemarahan, perlahan memudar berganti menjadi kesabaran dan kasih sayang. Pada awalnya sulit untuk membayangkan bagaimana perubahan ini bisa terjadi. Ketika kemarahan hadir, batin mendeteksi kehadirannya, ada rasa panas membakar di dada, emosi mencoba mengambil alih kendali, pikiran kacau, dan api kemarahan mulai menyala.

Lalu sebelum api ini berkobar, kesadaran sigap memadamkannya. Sadari, amati, lalu lepaskan. Seiring waktu, bukan hanya kemarahan ini yang berlalu, tapi juga kesabaran mulai menampakkan diri. Selanjutnya perlahan tapi pasti kemarahan semakin jarang mampir di dalam batin.

Hal yang sama juga untuk kebencian. Ketika kebencian mencengkeram, maka kesadaran kita mendeteksi adanya rasa yang menghimpit dada hingga terasa sesak dan pahit. Sadari, amati, lalu lepaskan. Tanpa izin dari kita, kebencian tak akan mampu menyentuh kita.

Mengetahui akibat dari perbuatan buruk membuat kita merasa kasihan kepada si pelaku. Pengetahuan ini juga menggerakan kita untuk berhati-hati dalam berpikir, bertutur, dan bertindak.

Karena hati yang terlukai akan dengan mudah menjadi sarang kemarahan dan  kebencian.  Memancarkan cinta kasih untuk mereka yang telah menyakiti kita, tidaklah mudah. Akan tetapi dengan tulus, terus berupaya maka kita akan tahu bahwa cinta kasih telah mengalahkan kebencian, dan memampukan kita mendoakan semoga orang yang menyakiti kita. Semoga mereka mendapatkan pencerahan dan menyadari kekeliruannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline