Kudengar dentang jam dinding sebanyak empat kali. Pertanda hari sudah menjelang pagi hari. Terdengar pula gemercik hujan membasahi bumi. Dini hari yang dingin dan sepi, membuat malas membelenggu diri
Kilesa membisikkan rayuan berisi kemalasan. Sejenak aku jadi terkesan. Kembali kutarik selimut dengan enggan. Mataku pun kembali terpejam tanpa sungkan
Kilesa mengeruhkan pikiranku ....
Bertarung dalam kenikmatan sesaat. Sejenak aku kalah dan jatuh tertidur Kembali. Urat-urat malasku bergeliat dalam keriangan
Sementara itu kilesa tersenyum licik ....
Mengira kalau rayuannya berhasil menyanderaku. Ya ... sesaat aku tergoda ....
Aku benar-benar terlelap dalam bujuk rayunya nan menggoda
Namun dentangan jam dinding sebanyak satu kali telah menyadarkanku. Aku terlambat bangun selama hampir satu setengah jam. Dan itu cukup membuatku pontang-panting dalam menyiapkan diri
Kusambar handuk dan segera mandi ... Kuraih pakaianku seadanya ... Ups ... sudah jam lima lewat empat puluh lima menit ....
Dengan terburu kubuatkan susu untuk anak kucing liar yang biasa mengapeliku setiap pagi dan petang. Kutuang makanannya tanpa menyapa apalagi mengajak mereka bermain. Untungnya kitten liar yang biasanya harus kusuapi tanpa basa-basi langsung makan dengan lahapnya
Hujan yang tadinya deras, sudah mereda, bahkan mentari pagi mulai muncul dengan malu-malu. Mendukung niatku untuk berdana makanan kepada para Samana.
Jalanan pun lancar tanpa hentian lampu merah ...
Ternyata begitu sampai vihara aku tetap menjadi pendana yang datang paling awal. Terima kasih pada alam semesta yang telah membantu kelancaranku dalam menanam kebajikan.
Semoga semua mahluk turut berbahagia atas kebajikan yang kuperbuat pada pagi ini. Semoga selalu tercipta ruang-ruang waktu dan kesempatan untukku menanam karma baik. Aku bahagia, pagi ini aku telah dapat mengalahkan bujukan si kilesa.