Alkisah hiduplah seorang kaya yang bernama Kamidi (teman-teman tentu tahu kalau Kamidi ini adalah orang kaya, buktinya kalau ada brosur, banner, iklan atau papan reklame selalu peminat disuruh hubungi Kamidi no HP .....) kena prank dengan gurauan rupanya hehehehe... Mari kita mengambil nama Kamidi saja di cerita kali ini.
Tuan Kamidi ini mendapat warisan dari orang tuanya berupa sebuah perusahaan yang memproduksi obat-obatan. Perusahaan tersebut mempekerjakan lebih dari 300 karyawan. Karena perusahaan ini adalah warisan, Tuan Kamidi tidak pernah belajar tentang perusahaan ini sebelumnya.
Dia tidak tahu kondisi produksi dan sebagainya, dia hanya menerima laporan yang sifatnya ABS (Asal Bapak Senang) akibatnya karyawannya pun bertindak sesuka hati, tidak disiplin dan akhirnya yang terjadi adalah produksi dan penjualan menurun.
Di antara yang tidak baik, ternyata masih tersisa seorang karyawan yang baik, namanya Amir. Amir berbeda dengan karyawan yang lain, dia disiplin, memiliki integritas yang tinggi, diawasi ataupun tidak, dia tetap menjalankan tugas sesuai tanggung jawabnya.
Tentu saja hal ini menjadi perhatian dan dia tidak disukai oleh karyawan yang lain. Suatu hari Amir terlambat tiba di kantor, spontan kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh karyawan lain yang tidak menyukainya, mereka melapor ke tuan Kamidi dengan versi mereka sendiri dan Tuan Kamidi juga menerima langsung laporan tersebut tanpa periksa ulang. Apa yang terjadi? Amir dipecat.
Karena grafik penjualan perusahaan terus menerus menurun, Tuan Kamidi pun bertambah pusing, hutang mulai tak terbayar. Depresi tidak terhindarkan.
Tuan Kamidi menjadi sakit-sakitan. Tuan Kamidi berusaha mengobati penyakitnya ke dokter spesialis, setelah beberapa waktu, dari hasil diagnosa dokter ternyata Tuan Kamidi mengidap penyakit kanker usus yang menurut dokter nyawanya tinggal 3 tahun. Mendengar diagnosa dokter tersebut, Tuan Kamidi sangat shock, seperti disambar petir.
Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit, Tuan Kamidi bertemu dengan Amir, mantan karyawan yang dipecatnya. Amir sedang membantu orang tuanya berjualan di pinggir jalan.
Tuan Kamidi, "Kamu Amir kan? Karyawan saya dulu."
Amir, "Benar pak, saya dipecat padahal saya cuma terlambat sekali saja."