Mendengar kalimat Penghuni rumah tak kasat mata saja, semua orang sudah ketakutan. Bagaimana jika ada tambahan aksi cari perhatian (caper) lagi. Wuih, lebih mengerikan.
Ini adalah pengalaman penulis yang sempat berinteraksi dengan si kasat mata yang caper. Kejadiannya saat penulis harus pindah rumah. Kebetulan, di dekat rumah lama penulis ada sebuah rumah yang sudah lama kosong.
Tanpa pikir panjang dan tidak mau repot serta waktu yang sudah sangat mepet, rumah lama itu pun menjadi pilihan. Tidak ada perasaan curiga apalagi sampai bertanya megenai riwayat rumah kosong yang ingin ditempati.
Setelah menghubungi nomor yang tertera pada spanduk, penulis pun bertemu dengan si pemilik rumah. Kunjungan pertama begitu mengesankan. Kondisi rumah tersebut masih bagus, suasana di dalamnya terasa nyaman, dan tidak ada hal-hal aneh yang mencurigakan.
Barang pun dipindah-pindahkan. Hanya selesai dalam tempo dua hari. Karena memang hanya menyeberang jalan.
Hari pertama masih terasa aman. Penulis bisa tidur nyenyak di dalam rumah. Tidak ada yang aneh, mungkin juga karena sudah lelah.
Namun di pagi hari saat penulis terbangun, anak penulis bertanya, "Ma, apakah semalam tidak mendengar suara tangisan perempuan?"
Pertanyaan singkat itu membuat penulis merinding. Walaupun demikian, untuk menenangkan si sulung, penulis menjawab, "mungkin suara kucing."
Si sulung protes. Ia yakin dengan apa yang ia dengarkan. Dan itu bukan suara kucing.
Hari berikutnya giliran penulis yang mengalaminya sendiri. Sekitar pukul 2:00 subuh, terdengar bunyi gaduh. Terdengar seperti ada yang melempar barang dari lantai 2 hingga jatuh ke bawah tangga.