Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Jhana dan Tantangan yang Dihadapi Yogi Saat Bermeditasi

Diperbarui: 16 September 2022   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Sayalay Daw Dipankara (gambar: mettacentre.com, diolah pribadi)

Dalam khotbahnya di kegiatan "Retret Meditasi Salayay Daw Dipankara" di Malino Meditation Village (Madiva), Malino, Tinggimoncong, Sulawesi Selatan yang digagas Abdi Dhamma pada Selasa 30 Agustus hingga 4 September 2022, guru spiritual dan praktisi meditasi sohor asal Myanmar Sayalay Daw Dipankara memaparkan banyak hal terkait meditasi, termasuk tantangan-tantangan yang dihadapi para yogi.

Kesemua tantangan yang lazim dihadapi yogi, menurut 'Sayalay', demikian ia disapa mengacu terhadap aral yang mereduksi perkembangan mental dan spiritual.

"Yang paling sering dihadapi para yogi, yang paling sering kita lihat adalah rasa kantuk yang tak tertahankan," beber Sayalay Daw Dipankara dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh salah seorang panitia retret.

Namun, ungkapnya, hal itu hanyalah awal rintangan yang kasatmata dilihat. Banyak hal lainnya seperti kilesa yang masih melekat dalam batin yogi pemula.

Gambar 1: peserta retret tengah bermeditasi dengan serius, dokumentasi: Deborah limarno

"Semua itu mengotori batin, menarik pikiran ke sana kemari sehingga tidak ada konsentrasi pada objek. Padahal, meditasi itu mudah. Kita hanya perlu fokus pada pernapasan dalam objek meditasi 'anapanasati' ini," imbuh Sayalay Daw Dipankara.

Anapanasati yang dimaksudnya berasal dari bahasa Pali, secara harfiah bisa diartikan sebagai suatu bentuk kesadaran terhadap pernapasan. Lebih mendetailnya, 'sati' dapat diartikan sebagai perhatian sementara 'anapana' berteguh terhadap masuk maupun keluarnya napas seseorang.

"Saat yogi melatih meditasi anapanasati ini diperlukan sikap batin yang solid berupa pikiran tenang. Sati atau perhatian penuh merupakan faktor mental yang bertugas dalam memperhatikan atau mengamati napas," jelas Sayalay Daw Dipankara.

Ia menambahkan, hal itu berarti yogi bukan menggenggam napas. Pasalnya, bila energi yang dikeluarkan untuk fokus pada napas terlalu berlebihan jadinya bakal menimbulkan ketegangan.

Gambar 2: _peserta retret tengah melakukan amisa puja di hadapan Salayay Daw Dipankara, foto: Deborah limarno

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline