Bocil itu datang dengan tubuh kurus berperut gendut
Mata belekan berair, tampak kusut
Corak warna bulumu juga tak terurut
Engkau sangat tidak menarik dan sepertinya tidak terawat
Meski kau datang bersama indukmu
Tapi dia garang sepertinya tak mengasihimu
Engkaupun tampak penuh ketakutan saat kudekati
Kubersihkan mata dan tubuh dengan tissue wangi
Perlahan tapi pasti engkau mulai menarik hati
Sedikit demi sedikit engkau mulai bersih berisi
Engkau pun mulai bermanja diri
Selalu menantiku di pagi dan sore hari
Menjerit manja, perhatianku pun tercuri
Namun pagi ini terasa sunyi tanpa suaramu yang berisik
Ada seekor bangkai tikus mati sebagai ganti
Yang lainpun diam tanpa reaksi
Kupanggil-panggil namamu tapi engkau tak datang menghampiri
Semuanya menjadi begitu pendiam di pagi ini
Bubuku sayang kemanakah kau pergi?
Susu untukmu akan menjadi dingin dan basi
Semalam kita masih bermain bersama, engkau begitu lincah berlari
Saat kudekap, engkau meronta melepaskan diri
Apakah engkau berbuat begitu agar kutak bersedih saat kau pergi
Kurelakan engkau pergi asalkan engkau berbahagia
Kulepas engkau dari keakuanku yang penuh rasa ingin terus memiliki
Walaupun hatiku bersedih, namun kutau semua ini harus kuiklasi
Kelekatan tidak akan pernah berakhir sampai rasa itu mati
Kepergianmu memberikan makna tersendiri dalam proses pemahamanku tentang Kebebasan
Bubu dimanapun engkau berada, kudoakan agar engkau selalu berbahagia dan dapat bertemu dengan orang yang lebih menyayangimu daripada diriku.
Jangan nakal sayang, agar engkau disayangi oleh pemilikmu yang baru.
Ingatlah selalu di saat kau lapar dan haus pintu rumahku selalu terbuka untukmu
**
Jakarta, 14 September 2022
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik
Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati