Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Tetap Bahagia, Apapun Pencapaian Kita

Diperbarui: 28 Agustus 2022   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetap Bahagia, Apapun Pencapaian Kita (gambar: ideas.ted.com, diolah pribadi)

Setiap orang akan berusaha memiliki pencapaian kehidupan yang baik, dan lebih baik. Kita mengukur kehidupan yang lebih baik itu dari kemajuan materi yang kita peroleh. Semakin seseorang sukses dalam pekerjaan, ia mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Sukses memiliki rumah, sukses memiliki kendaraan bermotor, sukses memiliki banyak investasi; ia akan merasakan kebahagiaan yang meningkat dari waktu ke waktu.

Memang memiliki kekayaan itu menyenangkan. Saat kita membutuhkan sesuatu, kita bisa membelinya dan mendapatkannya. Kehidupan menjadi lebih mudah dijalani. Tapi, keinginan untuk memiliki materi ini seringkali tidak ada batasnya.

Setelah satu keinginan kita tercapai, akan muncul keinginan baru yang lebih tinggi. Kita akan mengejar keinginan yang baru tersebut. Begitu seterusnya.

Kalau dulu kita makan nasi dengan lauk sayur, sedikit potongan ayam dan sambal, kita sudah merasa cukup. Namun, kelak kita ingin makan dengan tambahan daging, udang atau cumi. Kelak kita ingin makan di rumah makan sederhana yang terjangkau harganya.

Setelah itu, kelak kita ingin makan di restoran yang lebih berkelas. Kemudian, kita tidak puas lagi dengan makan di restoran. Kita ingin mencoba makan di hotel. Apalagi kalau bisa unduh foto makanan mahal ke media sosial. Semua itu tentu saja akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan pada diri kita.

Kita merasa kehidupan kita ini ada kemajuan. Saya bekerja, ada hasilnya. Saya terus mengalami peningkatan taraf kehidupan dan kesejahteraan. Ini sungguh membahagiakan.

Namun, tanpa disadari, kita terus meningkatkan target kepuasan kita. Kalau dulu kita sudah puas dengan makan enak di rumah, masakan ibu, sekarang kita sudah merasa itu hal biasa, yang tidak membahagiakan lagi. Kita baru puas kalau sudah makan di restoran ternama.

Dulu saat baru mulai kerja, kita senang kalau berangkat kerja dengan naik bus. Tidak kehujanan, tidak terjemur matahari, bisa tiba di kantor dengan cepat karena tidak harus berjalan kaki yang sangat jauh.

Setelah punya pencapaian, kita tidak lagi memiliki kepuasan dengan naik bus. Kita bercita-cita membeli sepeda motor, dan kita akan menabung untuk itu. Kemudian kita membeli sepeda motor. Kebahagiaan kita berubah, dari naik bus menjadi kebahagiaan dengan sepeda motor. Saya bisa lebih cepat tiba di kantor, lebih menghemat waktu. Saya bisa pergi kemanapun dengan sepeda motor ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline