Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Dhamma yang Realistis, Tidak Pesimis Maupun Optimis

Diperbarui: 22 Agustus 2022   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dhamma yang Realistis adalah Tidak Pesimis Maupun Optimis (gambar: freepik.com, diolah pribadi)

Dhammapada XII [Attavagga] 2:158, dokpri

Salam sehat saudaraku yang berbahagia dalam kebenaran (Dhamma nan mulia), bertemu kembali untuk yang kedua kalinya di Mettasik; Metta yang asik, unik, dan menarik ini. Biarlah para pembaca memperoleh pemahaman dan pencerahan dari tulisan yang singkat dan semoga padat isinya.

Buddhadhamma merupakan ajaran yang realitas, ajaran yang diajarkan sesuai dengan fakta dan kenyataan/realita yang ada, tidak mengurang-kurangi, tidak melebih-lebihkan, dan tidak aneh-aneh serta nyeleneh. Ada dikatakan ada, tidak dikatakan tidak, jadi real, tidak ada yang abu-abu.

Oleh karena itu ajaran Yang Maha Suci Buddha tidak bisa diyatakan sebagai ajaran yang pesimis. Kalau pemahamannya berhenti pada 'hidup ini adalah dukkha, titik', tentu banyak yang memandang agama Buddha adalah pesimis karena mengetahuinya tidak tuntas.

Mereka hanya mengetahui ajaran Yang Maha Suci Buddha mengajarkan hidup adalah dukkha yang secara salah diartikan sebagai derita. Padahal kata 'dukkha' sulit diterjemahkan dalam bahasa lain. Makna yang lebih dekat adalah sulit/sukar (makna kata 'du') memikul beban atau ketidakmampuan menerima perubahan.

Sehingga ajaran ini dianggap mengajarkan sesuatu yang pesimis; tidak ada harapan hidup, dan melihat dengan 'kacamata hitam'. Seolah-olah hidup tidak ada harapan.

Pesimis dapat diartikan sebagai sikap mudah menyerah, tidak percaya diri, dan menyerah sebelum berjuang/berperang. Padahal kalau belajar lebih lanjut, Yang Maha Suci Buddha juga mengajarkan tentang sebab dukkha, berakhirnya/lenyapnya dukkha serta bagaimana jalan menuju berakhirnya dukkha hingga merealisasikan Nibbana.

Dari uraian ini sebenarnya jelas bagi para pembaca bahwa ajaran Yang Maha Suci Buddha bukanlah ajaran pesimis atau optimis, tetapi realistis. Optimis merupakan suatu keadaan saat seseorang memiliki semangat diri yang tinggi, sehingga segala hal merupakan peluang untuk meraih cita-cita, terlalu bersemangat, dan percaya diri yang tinggi tanpa perhitungan. 

Hal ini jika tidak diwaspadai, maka ketika berhadapan dengan masalah yang rumit, maka bisa membuat seseorang down dan pesimis.

Dengan ajaran realistis, Yang Maha Suci Buddha mengajak umat memahami kenyataan dengan real atau bersifat wajar, apa adanya, dan memiliki konsep pemikiran realistis, agar menjadi pribadi yang berguna dan dapat diandalkan di mana pun berada. Pandangan seperti inilah yang membawa diri kita menjadi dewasa dalam berpikir, berucap, dan bertindak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline