Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Mengurus Persembahyangan di Kantor, Menambah Kebajikan

Diperbarui: 2 Agustus 2022   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengurus Persembahyangan di Kantor, Menambah Kebajikan (gambar: scmp.com, diolah pribadi)

Tidak terasa sudah sepuluh tahun saya membantu mengurus persembahyangan di kantor. Setelah atasan saya pensiun, saya berinisiatif untuk meneruskan kebiasaan yang baik dari atasan.

Di kantor tempat saya bekerja ada sebuah altar sembahyang yaitu altar Kongco Kwan Kong. Para karyawan yang beragama Buddha, banyak yang sembahyang di altar ini. Khususnya di pagi hari, sebelum memulai bekerja. Begitu juga dengan saya, selalu sembahyang di pagi hari dan saat pulang kerja.

Sebagai umat Buddha, saya merasa terpanggil untuk membantu mengurus altar ini. Sambil bekerja, tetap dapat melakukan kebajikan lainnya, yaitu mengurus altar persembahyangan.

Altar ini berada di lantai satu, terbuat dari kayu jati. Setiap pulang kerja, saya membersihkan abu hio yang ada di meja altar dan menuang minyak sembahyang.

Saya pernah bertanya kepada seorang bhikkhu tentang Kongco-Kongco yang patung nya berada di bio/ kelenteng. Jawaban beliau adalah, Kongco-Kongco ini adalah orang-orang yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian. Apa yang telah mereka lakukan pada saat masih hidup dulu, adalah contoh perilaku luhur sebagai manusia.

Setiap hari cap-go (saat bulan purnama) dan hari ce-it (sat bulan sabit) saya membeli dan menaruh buah-buah di altar untuk sembahyang. Saya selalu mengecek persediaan hio, minyak, dan kertas sembahyang di altar, agar tidak kekurangan.

Saya senang melakukan ini, sebagai tabungan kebajikan. Dengan sembahyang sebelum kerja, jadi mengingatkan saya agar terus berbuat baik di tempat kerja. Sehingga tidak membenci, marah, dan bermalas-malasan.

Sebaliknya, Tetap bekerja dengan baik, menunjukkan prestasi kerja, disiplin, saling membantu dan menghargai satu sama lain, serta menjaga aset perusahaan dengan baik.

Semoga kebiasaan berbuat kebajikan ini juga bisa menular kepada seluruh karyawan dan pemilik. Baik bagi yang beragama Buddha, atau agama lainnya. Itulah harapan saya pada saat bersembahyang.

Hal ini juga didasari saat saya bercermin. Saya melihat sudah banyak rambut saya yang memutih. Karena itu, saya harus siap, waspada dan berusaha menambah kebajikan dimanapun berada.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline