Suatu hari ada tulisan dalam grup perpesanan yang menceritakan tentang seseorang pengusaha, namun karena tidak hati-hati ia ditipu sehingga membuatnya rugi besar. Singkat cerita mantan pengusaha tersebut banting stir dan memutuskan untuk menjadi supir seorang Samana.
Memilih banting stir atau menjadi apapun tentunya adalah hak yang bersangkutan. Namun yang cukup membuat alis berdenyit adalah komentar yang memuji pilihan sang pengusaha. Seolah melayani seorang Samana lebih mulia, mengurangi keserakahan, menjauhi kemelekatan dan hidup lebih tenang.
Ada kisah lain lagi tentang seorang lelaki yang berprofesi sebagai penceramah agama. Ia menceritakan bahwa hidupnya lebih tenang dibandingkan dengan kehidupan adik perempuannya. Sang adik menjalankan usaha toko kelontong. Ia selalu terlihat sibuk dan seolah-olah menjadi budak uang dalam menjalankan hidupnya.
Memilh menjadi penceramah agama sebagai pilihan adalah hak si pemilih, namun komentar bahwa sang adik yang menjadi budak uang menjadi menarik untuk didiskusikan.
Sebenarnya masih banyak lagi contoh yang bisa diulik, namun kali ini cukup dua contoh saja untuk dijadikan bahan diskusi.
Kehidupan kaum Samana adalah mulia dan terhormat bila memang dijalankan dengan penuh kesadaran, sepenuh hati, dan memahami segala konsekuensinya. Memilih jalan hidup sebagai seorang Samana juga bermanfaat jika bertujuan untuk mengembangkan batin, menjalankan sila kewajiban dengan tujuan untuk mencapai Nibbana.
Kehidupan kaum Samana di negara sekuler tentunya memerlukan dukungan umat, masyarakat, dan pemerintah, sehingga bisa menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Sebagai seorang umat biasa yang dapat menyisihkan waktu dengan baik dan menyempatkan diri melayani kaum Samana tentunya adalah perbuatan luhur dan perlu diapresiasi. Memberi pelayanan tanpa pamrih kepada kaum Samana tentunya akan menghasilkan pahala karma vipaka yang baik untuk kehidupan di kemudian hari.
Lalu apakah dengan membanting stir dari seorang pengusaha menjadi pelayan sang Samana dapat disebut lebih mulia? Dikorelasikan juga dengan manfaat mengurangi keserakahan, menjauhi kemelekatan, dan hidup lebih tenang.
Harap berhati-hati, karena anggapan ini berpotensi menimbulkan tafsiran yang salah terhadap implementasi ajaran Buddha. Sekali lagi melayani Samana dengan tulus adalah hal yang baik, walaupun tidak harus meninggalkan profesinya. Bayangkan apa yg terjadi dan siapa yang akan menopang kaum Samana bila anggapan melayani harus meninggalkan profesinya.