Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Menanam Kebajikan, Menuai Kebahagiaan sebagai Seorang Guru

Diperbarui: 9 Juli 2022   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanam Kebajikan Menuai Kebahagiaan Sebagai Seorang Guru (gambar: globalinstitutel3.com, diolah pribadi)

Halo, para pembaca yang kusayangi! Jumpa lagi dengan si penyintas kanker nasofaring untuk yang ke-5 kalinya. Pada kesempatan ini aku ingin berbagi pengalamanku sebagai seorang guru.

Sebagai seorang guru yang sudah mengabdi selama 35 tahun di dunia pendidikan tentu sudah sangat banyak siswa-siswi yang sudah kudidik dan kubimbing. Sejak tahun 1987 aku sudah mulai mengabdikan diri di sekolah tempat aku menimba ilmu hingga tamat SMA.

Awalnya masih di tingkat SD. Setelah meraih gelar S1 jurusan Sastra Inggris dari Universitas Methodist Indonesia (UMI), aku dimutasikan ke tingkat SMP dan SMA.

Sejak kecil sudah bercita-cita menjadi guru dan sangat bersyukur bisa mencapai cita-cita yang kuidamkan. Aku termasuk guru 'killer' dalam arti tegas, disiplin, dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasku.

Bukan bermaksud memuji diri sendiri (he he he) tetapi kalau diadakan survei kepada siswa-siswi yang pernah kuajari, mungkin banyak di antara mereka akan menjawab bahwa Ibu Tania termasuk guru 'killer'. Terbukti mereka tidak berani berulah pada jam pelajaranku, he he he ...

Makanya sungguh tidak kusangka bahwa kebajikan yang telah kutanam selama ini sebagai seorang guru yang tegas, akan menuai hasil berupa kebajikan juga dari siswa-siswi yang pernah kuajari, yang selanjutnya membawa kebahagiaan dalam hidupku.

Hal yang paling membahagiakan sebagai seorang guru adalah saat dimana siswa-siswi kita telah berhasil dalam hidupnya. Baik dalam karir, yakni memanfaatkan ilmunya untuk menolong orang banyak, maupun dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan tutur kata dan perilaku yang baik kepada semua orang.

Tentu kita merasa sangat bangga bukan? Dan akan semakin bangga dan sangat berterima kasih jika kita termasuk di dalam kumpulan orang-orang yang ditolong oleh mereka.

Dalam kegalauan setelah mengetahui dari hasil biopsi bahwa aku terkena kanker nasofaring, tidak disangka karma baikku berbuah. Sewaktu berjalan menuruni tangga ke lobi rumah sakit, aku berpapasan dengan seorang pria berperawakan sedang, tegap, dan bersikap ramah yang tiba-tiba menyapaku, "Selamat siang, Bu. Apa kabar? Masih ingat dengan saya?"

"Siapa pula ini? Muncul pada saat yang kurang tepat. Aku sedang galau, disuruh menebak pula," pikirku dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline