Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Dalam Lautan Samsara, Pentingnya Bakti Kepada Leluhur

Diperbarui: 2 Juli 2022   05:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Lautan Samsara, Pentingnya Bakti Kepada Leluhur (gambar: psypost.org, diolah pribadi)

Dalam lautan samsara kita adalah sama. Kita adalah pengembara samsara. Terus berpindah alam tanpa awal, tanpa ujung, tiada henti. Saat ini merupakan kesempatan terbaik dalam hidup. Dapat terlahir sebagai manusia adalah sangat langka. Berkat jasa orang tua kita dapat lahir di dunia mengenal Dhamma dan menjalankan ajaran mulia.

Selama sembilan bulan seorang ibu menjalani kehidupan yang tidak mudah. Demi menjaga janin yang dikandung seorang ibu mempertaruhkan hidupnya. Begitu pula seorang ayah. Berjuang sepanjang hari untuk menunjang kesejahteraan keluarga.

Bayi yang lahir disambut dengan kebahagiaan orang tua. Namun episode baru penderitaan orang tua juga dimulai. Bayi nangis sepanjang malam. Orang tua kurang tidur sibuk menemani dan menentramkan sang anak. Belum lagi kalau anak sakit, orang tua stres dan cemas.

Dalam Khira sutta, Samyutta Nikaya Sang Buddha telah menyatakan air susu ibu yang telah kita minum sepanjang siklus samsara adalah lebih banyak dari air laut empat maha samudra.

Orang tua memainkan peranan penting dalam kehidupan anaknya. Semua kebutuhan anak mereka penuhi dengan mengorbankan kebutuhan mereka sendiri. Bahkan bersedia mengorbankan hidup mereka demi anak mereka. Cinta kasih orang tua adalah tanpa syarat, tidak mengharapkan imbalan apa pun. Cinta kasih yang satu arah.

Dalam Mata Sutta, Samyutta Nikaya, Sang Buddha mengingatkan kita sepanjang perjalanan kita dalam siklus kelahiran dan kematian tiada akhir adalah sulit menemukan seseorang yang belum pernah menjadi ayah atau ibu kita di kehidupan lampau.

Pada saat yang sama kita sudah pernah menjadi ibu atau ayah dari jutaan orang sepanjang pengembaraan siklus kelahiran dan kematian. Adalah sulit untuk bertemu seseorang yang belum pernah menjadi saudara perempuan,saudara laki-laki, anak laki-laki dan anak perempuan dalam kehidupan sebelumnya.

Dalam Sigalovada Sutta, Digha Nikaya Sang Buddha memberikan nasihat pada seorang pemuda bernama Sigala mengenai makna penghormatan ke enam arah.

Penghormatan tersebut adalah: Ibu dan Ayah (arah timur), Para guru (arah selatan), istri dan keluarga (arah barat), teman dan kolega (arah utara), Pembantu dan karyawan (arah bawah), dan petapa (arah atas).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline