Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Pentingnya Menjadi Pemimpin Tegas, Solutif, dan Mengayomi

Diperbarui: 1 Juli 2022   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pentingnya Menjadi Pemimpin Tegas, Solutif dan Mengayomi (gambar: greatpeopleinside.com, diolah pribadi)

Setiap orang terlahir sebagai pemimpin. Pemimpin untuk masyarakat, organisasi, perusahaan, keluarga hingga menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri.

Tentu cara dan karakter memimpin setiap orang sangat berbeda. Entah kenapa saya suka menganalisa karakter pemimpin yang ada di sekitar saya khususnya di lingkungan kerja. Tujuan tentu agar bisa jadi introspeksi diri hingga mengetahui plus minus dari cara orang lain memimpin.

Ibu Sri, plant manager senior yang sudah berusia hampir 50 tahun. Saya menaruh hormat selain karena posisi serta pengalaman namun juga cara beliau memimpin tim di bawahnya.

Suatu hari beliau bercerita habis memarahi team distribusi karena meletakkan palet sembarangan selepas mengambil barang. Mungkin terlihat sepele, namun bagi beliau ini bagian dari rasa tanggung jawab dan kerapihan.

Jika perkara sepele saja sudah lalai apalagi dalam perkara besar. Apalagi ada pepatah kebersihan sebagian dari iman jadi jika seseorang terbiasa tidak bersih/rapih maka khawatir akan berpengaruh kehidupan personalnya.

Apakah staf yang dimarahi langsung menjadi badmood atau kesal pada beliau? 

Inilah yang saya salut dengan Ibu Sri. Karakter beliau yang keibuan membuat semua staf menganggap marahnya beliau sebagai rasa sayang pada anaknya.

Saya pernah mengobrol dengan staf di kantor yang pernah menjadi korban omelan Bu Sri. Rekan kerja saya ternyata sudah paham betul karakter Bu Sri. Selepas marah, suasana sudah akan cair lagi.

Bahkan tidak jarang selepas marah, Bu Sri membagikan roti hasil buatannya sendiri. Rasa kesal langsung berubah dengan rasa haru dan senang karena atasannya begitu perhatian.

Lain cerita dengan rekan kerja yang menjadi kepala bagian dari salah satu divisi. Karakternya yang keras justru membuat anak buahnya stres dalam bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline